Melemahnya rupiah bahkan hampir tembus pada level Rp 13.400 per dolar AS (USD) mungkin bukan
lagi kabar yang mengagetan. Kita makin terbiasa dengan dalih Bank Indonesia (BI)
bahwa mata uang Negara-negara tetanga juga mengalami depresiasi. Hingga ada
kesan “tidak masalah” rupiah mengalami penurunan asalkan ada mata uang lain yang
mengalami nasib lebih parah. Merupakan sebuah logika merasa nyaman pada zona
kejelekan, asalkan bersama-sama.
Padahal tingkat kesejahteraan Negara tetangga, sebut saja Korea
dan Malaysia sangat tinggi. Ibaratnya “tabungan” mereka berjibun. Sekalipun mata
uang sama-sama memburuk, kita tetap sulit atau mala semaki sulit untk mengejar
ke level mereka.
Kurs yang terus menurun itu jelas “mencopet” pendapatan
rakyat. Jarang ada yang serius membicarakan pendapatan per kapita Indonesia terus
menurun bila dihitung dengan dolar. Pendapatan yang naik dalam angka rupiah
menjadi tidak berarti.
Menurut BPS, pendapatan per kapita 2014 sebesar Rp 41,81
Juta, 2013 (Rp 38,28 Juta), 2012 (Rp 35, 11 Juta). Sekilas kita melihat,
pendapatan Indonesia meningkat setiap tahunnya dalam hitungan rupiah. Namun,
bila di tukar dengan dolar AS, pendapatan itu menurun cukup lumayan. Pendapatan
2012 (USD 3.571,38), 2013 (USD 3.669,75), dan 2014 (USD 3.351,45).
Dolar AS terus menanjak, mulai sekitar Rp 9.350, tahu
berikutnya Rp 10.400, dan Rp 12.400 pada tahun 2014. Kini pada awal tahun
penurunan cukup mencengangkan, hingga menyentuh hampir Rp 13.500. ketika
menyentuh level Rp 13.000, kurs dianggap sudah menyentuh level psikologis,
ambang batas toleransi. Kini leve psikologis itu, rupanya bergeser lagi ke Rp
13.500. Level psikologis kok berubah-ubah??.
Tingkat pendapatan rakyat tersebut diganggu inflasi dan
pertumbuhan yang masih redup. Hal itu seiring dengan kondisi nonekonomi yang
belum memberikan harapan. arah penegakan hukum belum jelas. KPK sudah loyo dan
reyot. Pengisian pos-pos pejabat juga sering membuat harapan terbentuknya
pemerintahan bersih kian redup. Progam-progam pemerintah hanya sebatas slogan. Belum
ada faktor “wow” yang membuat rakyat
yakin Negara ini dikelola dengan baik dan benar.
Kita lantas ingat target Presiden Jokowi untuk menaikkan
pendapatan rakyat hingga USD 5.000. Bila kurs dolar sampai Rp 13.500 (bisa
lebih), Jokowi perlu menaikkan pendapatan hingga Rp 67,5 per kapita!!
Seriuslah, Mas Joko.
Sumber: Jawa Pos 19 Juni 2015