Thursday, April 16, 2015

Rokok Membunuhmu atau Menghidupimu

Banyak lelucon yang sering kita dengar ketika membahas tentang rokok, misalnya: rokok itu tidak berbahaya, selagi tidak ada koreknya, atau jika perokok pasif mendapat dampak yang lebih besar, seharusnya memilih menjadi perokok secara aktif dan masih banyak yang lain, itulah sebagian alasan yang dilontarkan perokok sebagai dalih membantah bahwa merokok itu berbahaya.

Indonesia termasuk dalam perokok terbanyak di dunia, meskipun bukan yang pertama namun masuk dalam lima besar. Pantas kiranya negeri ini disebut negeri tembakau. Merupakan hal wajar setiap hari kita dihadapkan dengan orang yang menghisap rokoknya di manapun tempatnya, mulai dari remaja hingga orang dewasa, berbagai jenis rokok mudah dijumpai di took-toko terdekat.

Perokok aktif tidak hanya dari kalangan dewasa namun anak kecil dan remaja banyak pula sebagai candu rokok. Ironis memang, dalam bungkus rokok pun tertera peringatan bahaya dari rokok dan batas dari pengguna rokok. Kemudahan mendapatkan rokok memang menjadi hal berpengaruh dalam hal ini, anak kecil dengan mudah pun bisa membeli sebungkus rokok tanpa kendala yang berarti.

Tak sedikit remaja sekolah tingkat menengah dan atas menilai rokok identik dengan gaul atau kebiasaan anak muda, ketika di warung-warung dekat sekolah jam istirahat adalah waktu yang tepat menikmati sebatang rokok setelah makan di warung tersebut. Secangkir kopi selalu menemani dalam setiap hisap rokok.

Sejak lama kita tahu, berbagai jenis penyakit dan segudang keburukan dalam satu batang rokok. Ketika sedang berobat di Rumah Sakit atau PUSKESMAS sering memperlihatkan poster yang menggambarkan dampak dari menghisap rokok. Namun penyakit tersebut menyerang tidak dalam jangka waktu yang dekat, ada jeda dan jarak waktu tertentu, sehingga perokok masih menganggap enteng dampak yang ditimbulkan nantinya ketika terus-menerus menghisap rokok.

Boleh dikatakan rokok memang tidak memiliki dampak negativ lebih besar daripada narkoba, namun tidak sedikit pengguna narkoba terutama ganja, memulainya sebagai candu rokok. Sehingga rokok merupakan pintu gerbang menuju narkoba. Ketika rokok menjadi hal biasa yang dilakukan, tidak menutup kemungkinan ingin mendapatkan kenikmatan yang lebih dalam setiap hisapnya.

Pemerintah sudah berusaha mengurangi candu rokok di Indonesia, sejak lama kita mengetahui label peringatan di balik bungkus rokok tertera: ROKOK MEMBUNUHMU!, mengganti peringatan lama yang dinilai sudah terlalu biasa dan tidak mampu mengurangi pecandu rokok. Peringatan yang diganti ditambah dengan gambar penyakit dari pengguna rokok pun tak mampu membendung pengguna rokok untuk mengurangi jumlah batang yang dihisapnya dalam satu hari.

Sudah satu tahun lebih memberlakukan iklan rokok bergambar (Pictural Health Warning/PHC) memberlakukan hal ini sepertinya kurang maksimal, gambar yang di harapkan tak mampu memberikan peringatan sekaligus gambaran informasi yang benar tentang rokok.

Melihat dari sisi yang berbeda, ternyata rokok berperan serta dalam memajukan perekonomian Indonesia, tak perlu keheranan dari jumlah pengguna rokok yang banyak menimbulkan jumlah permintaan terhadap rokok pun meningkat. Banyak pabrik-pabrik rokok mendirikan cabang-cabangnya dari sabang hingga merauke.

Mudahnya perizinan mendirikan pabrik rokok menjadi alasan kuat menjamurnya pabrik rokok di Indonesia. Lebih dari 3.500 pabrik dan usaha rumahan rokok di bumi pertiwi, jumlah yang tidak sedikit, bahkan pabrik rokok di Indonesia termasuk terbanyak di dunia. Sehingga banyak pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai buruh di pabrik rokok. Jika kita misalkan saja dalam satu pabrik terdiri dari 1000 pekerja, maka jumlah pekerja pabrik rokok di Indonesia kurang lebih 3.500.000 menaruhkan harapannya kepada pabrik rokok.

Pemerintah juga menerima pajak dari pabrik rokok yang lumayan besar, seiring banyaknya pabrik rokok secara tidak langsung berpengaruh pula mengurangi pengangguran di Indonesia, bisa dibayangkan ketika rokok benar-benar dilarang di Indonesia lebih dari tiga juta penduduk negeri ini menjadi pengangguran.

Dari penerimaan cukai Februari 2014 sebesar Rp 12,9 triliun, 98 persen disumbang oleh hasil tembakau. faktor utama yang mempengaruhi penerimaan cukai hasil tembakau adalah tingginya volume produksi komoditas tersebut. Pada 2014, produksi hasil tembakau diperkirakan meningkat 4,8 persen menjadi 358,361 miliar batang.


Bagaimana menurut anda ??