“Ya, kaubayangkan, ketika satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang
terjadi hanya level rendah, perampokan, mabuk-mabukan, atau tawuran. Kaum
proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki
visi-misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang
terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka
sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak
takut dengan apa pun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain
sistem itu sendiri yang merusak mereka.”
Dahi gadis di sebelahku terlipat, belum mengerti juga.
“Kau tidak mengerti ilmu ekonomi?” Aku menyeringai.
Gadis itu tidak setersinggung sebelumnya. “Maksudku, tidak
semua pembaca kami memiliki kompetensi pengetahuan ekonomi, ilustrasi lebih
sederhana akan membantu mereka.”
“Baiklah. Coba kita misalkan dunia ini hanya sebesar kota.
Ada seribu penduduk di dalamnya. Sebagian menjadi petani, perajin, peternak,
tukang, sebagian lainnya menjadi pedagang, tentara, serta semua profesi dan
mata pencarian hidup yang kita kenal. Katakanlah berabad-abad mereka hanya
mengenal barter, ikan ditukar gandum, jasa cukur rambut ditukar perbaikan atap
rumah, atau seporsi masakan lezat dibarter dengan jahitan baju. Hingga salah
seorang genius, well, kita sebut saja Mister Smith menemukan uang. Kehidupan
primitif mereka dengan segera berubah drastis, perekonomian kota kecil itu bergerak
maju. Transaksi lebih mudah dilakukan, itu fase pertama muasal kegilaan ini.
“Sejak uang ditemukan, berbagai teknologi juga ditemukan.
Era industri datang. Sumber minyak, emas, batubara, timah, dan besi dekat kota
mulai ditambang. Tenaga kerja semakin produktif, perhitungan efisiensi produksi
dikenal, dan tuntutan atas kemudahan transaksi keuangan meningkat. Mister Smith
kembali datang dengan ide mendirikan bank, membuat seluruh penduduk kota
terpesona. Benar sekali, mereka butuh modal untuk membuat perekonomian melesat
lebih hebat. Tetapi mereka ragu-ragu, siapa yang akan percaya dengan selembar
kertas? Mister Smith melambaikan tangan. Tenang saja, bank akan mencetak setiap
lembar uang dengan jaminan cadangan emas. Seratus dolar dijamin satu gram emas.
Jadi, uang tersebut dijamin aman. Ada nilai pelindungnya di bank, dan semua
orang harus menerima transaksi dengan uang. Penduduk kota semakin kagum. Luar
biasa, itu ide yang brilian.
“Maka, bank mulai mencetak uang dengan jaminan cadangan
emas. Sebagai pemanis, Mister Smith menjanjikan bunga untuk setiap orang yang
bersedia menyimpan uang di bank. Mulailah, orang kaya berbondong-bondong
meletakkan uang, sedangkan yang membutuhkan uang untuk modal usaha juga datang
ke bank dengan janji membayar cicilan ditambah bunga. Kau tahu, salah satu
penemuan klasik Mister Smith yang menjadi dasar ilmu ekonomi modern adalah
bunga.”
Aku berhenti sejenak, mengangguk kepada pilot pesawat yang
keluar dari kabin, ramah menyapa penumpang, lantas tertawa kecil, bergurau pada
salah satu anak kecil di seberangku yang cemas kenapa pilot meninggalkan
kokpit. “Tenang, Nak, pesawat ini memiliki sistem otomatis andal.”
“Nah, dengan adanya uang dan bank, akumulasi kekayaan mulai
terjadi. Pada tahun nol, total uang beredar hanya seratus dolar, katakanlah
begitu. Pada tahun ke sepuluh, total uang beredar di kota melesat menjadi satu
miliar dolar. Bagaimana bisa? Karena begitulah sistem perekonomian baru
bekerja, begitu canggih melipatgandakan kekayaan. Kauletakkan uang seratus dolar
di bank yang dijamin setara satu gram emas, lantas uang itu dipinjam orang
kedua, si tukang jahit. Orang kedua ini menggunakannya untuk membeli mesin
jahit terbaru pada orang ketiga, si pembuat mesin. Si pembuat mesin punya uang
seratus dolar sekarang, hasil menjual mesin. Dia bawa uang itu ke bank lagi,
ditabung. Jadi berapa uang dalam catatan bank? Dua ratus dolar.
“Bank lantas meminjamkan uang itu kepada orang keempat, si
nelayan. Si nelayan membelanjakannya untuk membeli kapal terbaru pada orang kelima,
si pembuat kapal. Orang kelima membawa uang seratus dolar itu ke bank,
menabungkannya. Begitu terus siklus perbankan yang canggih.
“Jadi berapa uang seratus dolar itu sekarang dalam catatan
bank? Tiga ratus dolar? Kau keliru. Uang itu tumbuh jadi tidak terhingga,
karena semakin banyak yang terlibat dalam mekanisme simpan-pinjam itu. Tanpa
regulasi bank harus menyisihkan sekian persen sebagai cadangan, efek pengalinya
berjuta-juta tidak terhingga. Padahal, come on, berapa sejatinya nilai uang yang
dijamin cadangan emas? Ya, hanya seratus dolar, lantas bagaimana ribuan dolar
lainnya? Itu hanya ada di kertas. Benar-benar ada di kertas, dalam catatan
bank, dalam catatan kekayaan masing-masing.
“Perekonomian kota tumbuh tidak terbilang. Semua sektor produktif
berlomba-lomba melaporkan keuntungan transaksi. Situasi berjalan aman-aman saja
hingga puluhan tahun. Pada tahun kesepuluh, uang beredar di seluruh kota
menjadi satu miliar dolar, dan situasinya mulai rumit, hanya segelintir orang
yang menguasai uang-uang. Mereka adalah penduduk superkaya, yang terus rakus
menambah nominal angka kekayaan mereka. Tidak pernah puas.
“Katakanlah, pada tahun itu ada seribu penduduk kota yang
meminjam uang untuk membeli rumah, kita sebut saja ‘kredit rumah’. Uang pinjaman
dari bank dibayarkan pada tukang-tukang untuk membuat rumah, dan tukang-tukang
ternyata tidak menabung uang itu ke bank, melainkan dibelanjakan keperluan
sehari-hari. Bank yang dikuasai segelintir orang kaya berpikir keras, kalau
begini caranya, lambat sekali mereka bisa menambah kekayaan, uang itu tidak
segera balik ke pundi-pundi bank, tidak ada uang yang bisa diputar lagi, lagi,
dan lagi. Tanpa uang, sistem bunga tidak bekerja, kekayaan mereka melambat.
Mister Smith datang dengan ide lebih cemerlang. Dia ciptakan binatang yang
disebut securitization. Bagaimana caranya? Seluruh kredit rumah itu, jumlahnya
ada seribu lembar surat perjanjian kredit, dikumpulkan saja jadi satu, lantas
dianggap seperti produk, macam seribu potong tempe atau seribu ekor kambing,
lantas dijual ke pemilik uang, penduduk superkaya lainnya, dengan imbalan bunga
sekian persen yang dibayarkan setiap bulan plus cicilan. Tidak ada yang
tertarik? Gampang, tinggal naikkan bunganya, tambahkan bumbu-bumbu janji semua
aman, semua dijamin. Kalau ada masalah, rumah-rumah itu bisa jadi jaminan.
“Ide cerdas! Tentu itu brilian. Bank yang tadinya kekurangan
uang, dengan cepat kembali punya uang. Banyak malah. Mereka tidak hanya sebagai
pemberi pinjaman, tetapi sekarang sekaligus sebagai ‘nasabah’ bagi pembeli aset
securitization tadi. Ide itu berhasil tidak terkira. Dengan uang hasil menjual
seribu surat perjanjian kredit, bank leluasa mengucurkan kredit berikutnya ke
penduduk kota. Bank menerima pembayaran dari nasabah setiap bulan. Uang itu
dipergunakan untuk membayar pemegang aset securitization. Semua terkontrol,
semua baik-baik saja, hingga tanpa disadari aset yang pada dasarnya hanyalah
selembar kertas itu menggelembung tidak terkira.
“Harga properti melesat naik, harga komoditas tidak
terkendali. Karena juga bermunculan derivatif transaksi keuangan lainnya,
Mister Smith menciptakan transaksi future: minyak bumi atau gandum yang
dibutuhkan enam bulan lagi bisa dibeli sekarang, lantas uangnya bisa diputar ke
mana-mana, menjadi berkali-lipat. Dan boom! Ribuan kredit perumahan tiba-tiba
macet total, orang mulai berpikir harga-harga sudah tidak rasional. Harga
komoditas jatuh bagai roller coaster, dan mulailah kekacauan merambat ke
mana-mana.
“Bank tidak bisa menagih kredit ke penduduk kota, sedangkan
pemilik aset securitization sudah mulai menagih. Panik, penduduk kota panik, si
pembuat perahu, si pembuat mesin bergegas ingin mengambil uang di bank, padahal
uang itu sudah dipinjamkan ke tukang jahit dan nelayan. Tidak ada uang di bank,
hanya catatan pinjam-meminjam. Jaminan emas? Orang lupa kalau itu hanya untuk
seratus dolar pertama. Posisi bank terjepit, atas-bawah. Tidak perlu seorang
genius untuk menyimpulkan hanya soal waktu seluruh surat berharga terjun bebas,
tidak ada lagi harganya. Krisis aset securitization ini merambat ke mana-mana.
“Itulah yang terjadi di kota kecil tadi. Nah, itulah yang
terjadi di dunia saat ini. Sama persis. Krisis dunia akibat kredit perumahan.
Masalahnya, di dunia yang sebenarnya, nilai akumulasi uang ratusan tahun sejak
ditemukan, jumlahnya triliunan dolar, tidak terbayangkan. Kau tahu, Julia,
berapa total utang negara kita? Hanya seratus dua puluh miliar dolar, kecil
sekali dibandingkan akumulasi uang dunia yang berjuta kali lipat, hanya nol,
koma nol nol. Uang-uang itu hanya dimiliki nol koma dua persen penduduk bumi,
yang terus rakus menelan sumber daya. Uang itu butuh tempat bernaung. Mereka
sudah punya mobil, rumah, berlian, pesawat pribadi, dan pulau pribadi. Mereka
juga sudah membeli hutan jutaan hektar di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.
Karena itu, mereka ciptakanlah berbagai produk keuangan untuk menampungnya.
Tidak puas mendapatkan lima persen bunga bank, mereka menyerbu ke obligasi dan
saham. Tidak puas juga, mereka menyerbu ke komoditas dan transaksi derivatif
yang semakin rumit. Uang itu seperti ratu lebah yang beranak setiap hari, terus
tumbuh, serakah. Uang itu butuh tempat untuk berkembang-biak, persis seperti
mutasi genetik tidak terkendali.
“Padahal kita lupa, semua hanya kertas, bukan? Secara riil,
kekayaan dunia tidak berubah sejak uang pertama kali ditemukan. Jumlah cadangan
emas yang menjamin uang hanya itu-itu saja. Kau tadi bertanya apa? Julia, aku
tidak peduli kemiskinan, peduli setan, karena daya rusaknya itu-itu saja,
busung lapar, kurang gizi. Tetapi kekayaan, daya rusaknya mengerikan. Bahkan
uang yang berlimpah itu membuat orang tidak peduli wabah, kelaparan, perusakan
alam, dan tragedi kemanusiaan lainnya.