Setiap penduduk yang menetap di suatu tempat tentu mempunyai
kebiasaan unik. Mulai dari cara bergaul, cara berpakaian, atau adat atau ritual
khusus yang dilestarikan didalamnnya. Tak terkecuali penduduk yang menetap di
Kepalauan Solomon. Ya, penduduk yang tinggal di pulau yang terletak di Pasifik
Selatan ini mempunyai kebiasaan unik ketika hendak menumbangkan sebuah pohon.
Pada umumnya, cara untuk menebang pohon, salah satunya adalah dengan gergaji. Tapi, penduduk di pulau ini tidak demikian. Mereka berkumpul di depan suatu pohon yang hendak ditumbangkan. Kemudian, beberapa orang yang kuat dan berani diantara mereka menaiki pohon itu dan yang lainnya tetap berada di bawah. Kemudian mereka mencaci maki habis-habisan pohon tersebut. Mereka melakukannya hingga berjam-jam bahkan hingga 40 hari. Namun, usaha mereka tidaklah sia-sia. Suatu peristiwa menakjubkan terjadi. Pohon yang pada awalnya dicaci maki tersebut, akhirnya tumbang.
Pada umumnya, cara untuk menebang pohon, salah satunya adalah dengan gergaji. Tapi, penduduk di pulau ini tidak demikian. Mereka berkumpul di depan suatu pohon yang hendak ditumbangkan. Kemudian, beberapa orang yang kuat dan berani diantara mereka menaiki pohon itu dan yang lainnya tetap berada di bawah. Kemudian mereka mencaci maki habis-habisan pohon tersebut. Mereka melakukannya hingga berjam-jam bahkan hingga 40 hari. Namun, usaha mereka tidaklah sia-sia. Suatu peristiwa menakjubkan terjadi. Pohon yang pada awalnya dicaci maki tersebut, akhirnya tumbang.
Suatu peristiwa yang mengandung sebuah hikmah yang dapat kita
petik darinya. Bagaimana mungkin sebuah pohon yang pada awalnya sangat kokoh,
kemudian tumbang hanya dengan cacian dari sekelompok orang? Coba kita
renungkan, apabila pohon yang kokoh saja bisa tumbang dan mati hanya dengan
cacian, lalu bagaimana dengan manusia?
Satu hal yang harus kita ingat, bahwasannya Rasululllah Shallalahu alaihi wa sallamtelah
melarang perbuatan saling mencaci diantara manusia, terutama sesama Muslim.
Begitu gentingnya masalah ini, hingga Rasulullah Saw bersabda: “Mencela sesama muslim adalah
kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”. (Bukhari no.46,48, muslim no.
.64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah
no.68, Ahmad no.3465,3708),
Hadits di
atas merupakan peringatan Nabi kepada umatnya agar tidak semena-mena mencela
orang lain. Karena didalamnya mengandung banyak sekali kemudharatan. Munculnya
pertikaian antaragama, suku, warga negara, dan yang lainnya saat ini adalah
tidak lain karena perkara lisan. Maka benarlah pepatah yang mengatakan
keselamatan seseorang terletak pada penjagaan lisannya. Pencelaan terhadap
orang lain tidak lain disebabkan dendam atau amarah yang tertanam pada hati
pencela.
Suatu
penelitian yang sangat luar biasa dilakukan oleh Dr.Ahmed Shawki Ibrahim,
anggota dari Royal Society of Medicine London dan konsultan kardiologi internal
medicine. Dia berkata: “Kodrat manusia ditandai oleh kecenderungan dan perilaku
yang berbeda. Sebagai contoh, keinginan jasmani mengarah kepada kemarahan.
Sifat dominan dilambangkan oleh kecenderungan terhadap kesombongan dan
keangkuhan. Sementara mengikuti hawa nafsu seseorang menghasilkan kebencian dan
keengganan untuk orang lain. Secara umum, di samping penyakit-penyakit
psikologis dan fisik lain seperti diabetes dan angina, menurut penelitian
ilmiah mengafirmasi kenyataan bahwa kemarahan yang terus-menerus dapat
mempercepat kematian manusia. Marah-marah bisa cepat “mati ” So, jaga lisanmu,
maka bagimu keselamatan.
*Penulis adalah Aktivis Rumah Qur’an YNF
0 comments: