Saturday, September 9, 2017

Makalah Ekonomi - Sistem Moneter dan Pertumbuhan Uang


A.   DEFINISI DAN CIRI-CIRI UANG
Berdasarkan kepada ciri-ciri kegiatan perdagangan yang dijalankan dalam berbagai masyarakat (Di masa lalu dan pada masa kini), perekonomian dapat dibedakan kepada “perekonomian barter” dan “perekonomian uang”. Yang diartikan dengan “perekonomian barter” adalah suatu kegiatan ekonomi masyarakat di mana kegiatan produksi dan perdagangan masih sangat sederhana, kegiatan tukar-menukar masih terbatas, dan jual beli dilakukan secara pertukaran barang dengan barang atau barter.
Yang diartikan dengan “perkenomian uang” adalah perekonomian yang sudah menggunakan uang sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perdagangan.


BEBERAPA KELEMAHAN BARTER
Ø  Perekonomian Barter Memerlukan “Kehendak Ganda yang Selaras”
Yang dimaksudkan dengan kehendak ganda yang selaras atau “double coincidence of wants” adalah tiap pihak yang ingin melakukan pertukaran memiliki barang yang diingini pihak lain, dan mencari barang yang dimiliki pihak lain.

Ø  Penentuan Harga Sukar Dilakukan
Dalam kegiatan pertukaran dengan menggunakan uang, berbgai barang dapat dengan mudah ditentukan nilainya dengan meyatakannya dalam bentuk jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperolehnya.

Ø  Perekonomian Barter Membatasi Pilihan Pembeli
Apabila pertukaran dilakukan secara barter, seorang pembeli akan terikat kepada syarat yang ditentukan pihak lain yang menginginkan barang yang dimilikinya.

Ø  Menyulitkan Pembayaran Tertunda
Dalam sistem barter, penjualan secara kredit akan diabayar dalam bentuk barang juga dan ini menyukarkan perdagangan karena
-          Timbul masalah untuk menetukan jenis barang yang akan digunakan pembayaran
-          Harus dibuat perjanjian dengan mutu barang yang akan digunakan sebagai pembayaran

Ø  Sukar Menyimpan Kekayaan
Dalam perekonomian barter menyimpan kekayaan sukar dilakukan. Kekayaan harus disimpan dalam bentuk barang seperti rumah, ternak, peliharaan , emas, dan perhiasan lain, atau tanah. Kekayaan-kekayaan ini memerlukan tempat dan biaya untuk menyimpannya.

DEFINISI DAN CIRI-CIRI UANG
Dari kesulitan-kesulitan yang akan timbul sebagai akibat dari ketiadaan yang diterangkan diatas dapatkah diambil suatu kesimpulan bahwa uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dalam perekonomian. Maka uang selalu didefinisikan sebagai aset ekonomi yang berupa benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar / perdagangan. Yang dimaksudkan “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggungakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantaraan dalam kegiatan tukar menukar. Agar masyarakat menyetujui penggunaan sesuatu benda sebagai uang haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut:
a.    Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
b.    Mudah dibawa-bawa
c.    Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
d.    Tahan Lama
e.    Jumlah terbatas (Tidak Belebih-lebihan)
f.     Bendanya mempunyai mutu yang sama

FUNGSI UANG
Uang memiliki tiga fungsi dalam perekonomian. Uang adalah alat tukar, satuan hitung, penyimpan nilai. Tiga fungsi ini membedakan uang dari aset-aset lainnya dalam perekonomian seperti saham, obligasi, properti, dan koleksi barang seni.

Alat tukar merupakan sesuatu yang diberikan pembeli kepada penjual ketika mereka membeli barang dan jasa. Ketika seseorang membeli sebuah pakaian di toko, toko itu memberikan anda pakaiannya, dan seseorang tersebut memberikan uang ke toko itu. Perpindahan uang ini dari pembeli kepada penjual memungkinkan transaksi terjadi.
Satuan Hitung  merupakan ukurang yang digunakan oleh orang-orang untuk menetapkan harga dan mencatat tagihan. Ketika anda pergi berbelanja, anda dapat mengamati bahwa sebuah kaos dengan harga $20 dan burger dengan harga $2. Walapaun secara tepat dapat dikatakan bahwa harga sebuah kaos sama dengan 10 burger dan harga burger 1/10 harga kaos, harga tidak pernah dicantumkan seperti itu.
Penyimpan Nilai berarti uang merupakan alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mentransfer daya beli dari masa sekarang. Ketika seorang penjual menerima uang saat ini sebagai ganti dari barang atau jasanya, penjual tersebut dapat menyimpan uang tersebut dan dapat menjadi pembeli dari barang atau jasa lainnya pada masa yang akan datang.  Tentu saja, uang bukan satu-satunya alat penyimpanan nilai dalam ekonomu karena seseorang dapat mnemindahkan kekuatan membeli mereka dari masa sekarang menuju masa depan dengan memegang bentuk aset lainnya. Istilah kesejahteraan digunakan untuk mengacu pada jumlah total seluruh penyimpan nilai, termasuk didalamnya uang atau aset nonmoneter.

JENIS-JENIS UANG
Ketika uang berbentuk komoditas dengan nilai intrinsik, hal itu disebut dengan uang komoditas. Istilahintrinsik berarti bahwa barang tersebut akan memiliki nilai, bahkan jika tidak digunakan sebagai uang. Sebagai contoh dari uang komoditas adalah emas. Emas memiliki nilai intrinsik karena digunakan dalam industri dan dalam pembuatan perhiasaan. Walaupun saat ini kita tidak menggunakan emas sebagai uang, secara historis emas merupakan bentuk uang yang umum karena mudah dibawa, diukur, dan diverifikasi kemurniannya.
Uang tanpa nilai intrinsik disebut dengan uang fiat. Fiat hanya merupakan sebuah perintah atau perjanjiandan uang fiat dibuat sebagai uang oleh dekrit pemerintah.

UANG DALAM PEREKONOMIAN

Seperti yang akan lihat, jumlah peredaran uang dalam perekonomian disebut dengan persediaan uang, memiliki pengaruh kuat terhadap variabel ekonomi . Aset yang harus dimasukkan adalah uang kartal adalah uang kertas dan uang logam yang ada di masyarakat. Mata uang jelas merupakan alat tukar yang diterima secara luas dalam perekonomian. Tidak ada keraguan bahwa mata uang adalah bagian dari persediaan uang.
Namun uang tunai bukanlah saatu-satunya aset yang dapat anda gunakan untuk membeli barang dan jasa. Beberapa toko juga menerima cek. Kekayaan yang ada dalam cek hampir setara dengan uang yang ada dalam dompet anda. Oleh karena itu, untuk mengukur persediaan mungkin anda memasukkan rekening giro neraca dalam rekening bank yang dapat diakses dengan permintaan oleh nasabah dengan menuliskan cek.


PERANAN DAN KEGIATAN BANK UMUM
Yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah atau institusi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpan yang disimpankan kepada mereka. Sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat. Tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan tersebut selanjutnya akan dipinjamkan kembali kepada individu-individu dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya. Sebagian lagi digunakan untuk membeli saham-saham berbagai perusahaan.
Lembaga keuangan yang lazim terdapat di sesuatu negara dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :

1.    Bank umum atau bank perdagangan
Institusi ini adalah bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperoleknya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral.

2.    Bank Tabungan
Bank ini melakukan kegiatan hampir seperti perusahaan peminjaman. Ia menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka panjang dan kemudian meninjamkan atau menginvestasikan uang tersebut .

3.    Perusahaan peminjaman
Merupakan badan keuangan yang menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka lama (yaitu hanya dapat diambil kembali oleh pemiliknya sesudah beberapa waktu nyg ditentukan), dan selanjutnya meminjamkan atau menginvestasikan tabungan tersebut.

4.    Pasaran saham
Sebuah lembaga yang fungsi utamanya adalah menjadi pusat di mana saham perusahaan-perusahaan diperjualbelikan.

5.    Perusahaan asuransi
Terdiri dari perusahaan yang memperoleh uang dengan menjanjikan akan membuat ganti rugi pada individu, perusahaan dan badan-badan lainnya apabila sesuatu peristiwa seperti kecelakaan, kebakaran, kematian, dan sebagainya berlaku ke atas orang, perusahaan atau badan yang membayar uang asuransi kepada perusahaan asuransi. Uang asuransi yang dikumpulkan oleh badan ini akan diinvestasikan atau dipinjamkan.

BEBERAPA KEISTIMEWAAN DARI BANK UMUM
Bank umum memiliki beberapa keistemewaan yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga lainnya.

1.    Keistemawaan 1 : Tabungan dapat diambil dengan cek
Salah satu keistemewaan itu adalah kesanggupan bank umum untuk mencipatakan tabungan yang dapat sewaktu-waktu diambil menggunakan cek, yaitu tabungan giral. Keitemewaaan untuk menciptakan yang boleh diambil dengan menggunakan cek tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya.

2.    Keistemaawan 2 : Dapat Menciptakan Daya Beli
Keistemewaan yang kedua dari bank umum bersumber dari kemampuannya untuk menciptakan daya beli baru atau menghapuskan daya beli yang ada dalam perekonomian. Kegiatannya ini secara otomatis akan menimbulkan perubahan-perubahan  dalam jumlah uang yang tersedia dalam perkeonomian.Kegiatan “mencipta” atau menghapuskan dalam jumlah uang yang tersedia.

3.    Keistemawaaan 3 : Memberi Pinjaman Jangka Pendek
Keistemewaan yang ketiga dari bank umum bersumber dari corak kegiatan meminjamkan uang yang dilakukannya. Bank umum terutama memberikan pinjaman jangka pendek. Ini berarti bank merupakan satu badan yg yangnting peranannya kepada perusahaan-perusahaan untuk menyesuaikan keadaan keuangannnya dengan gerak naik turun kegiatan ekonomi .

PERKEMBANGAN BANK SENTRAL

Bank sentral yaitu suatu bank yang diberi tugas oleh pemerintah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan lembaga-lembaga keuangan yang terdapat dalam perkeonomian. Berdasarkan kepada fungsi yang harus dilaksanakannya ini bank sentral dapatlah didefinisikan sebagai suatu lembaga keuangan yang pada umumnya dimiliki pemerintah yang diserahi tanggung jawaab untuk mengatur dan mengawasi kestabilan kegiatan lembaga-lembaga keuangan, dan untuk menjamin agar kegiatan lembaga-lembaga keuangan itu akan membantu menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi stabil.

PERBEDAAN KEGIATAN BANK SENTRAL DAN BANK UMUM


Kalau dibandingkan kegiatan yang dijalankan oleh bank sentral dan dan bank umum, maka akan dapat dilihat bahwa di antara kedua-duanya terdapat beberapa perbedaaan. Perbedaan-perbedaan itu diterangkan dalan uraian berikut.


1.    Dalam Perekonomian hanya terdapat satu bank sentral

Sebaliknya, bank umum mempunyai jumlah yang lebih banyak. Walaupun demikian bank sentral mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam memengaruhi kegiatan ekonomi jika dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh bank umum. Sebabnya karena, bank sentral diberi tugas oleh pemerintah untuk mengatur kegiatan-kegiatan bank umum.

2.    Bank Umum kebanyakan dimiliki oleh pihak swasta
Di negara maju dan negara berkembang bank sentral dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah.

3.    Tujuan kegiatan bank sentral dan umum berbeda
Tujuan dari bank umum yang terutama adalah berusaha agar kegiatan mereka dapat menghasilkan dan memberikan keuntungan yang maksimum kepada para pemiliknya. Sedangkan bank sentral didirikan bukanlah untuk tujuan tersebut. Salah satu tujuan penting dari mendirikan bank sentral adalah mengatur dan mengawasi kegiatan bank-bank umum dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan penting lainnya dari mendirikan bank sentral adalah untuk membantu menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil. Di dalam jangka panjang salah satu tugas penting  dari bank sentral adalah untuk melancarkan proses pertumbuhan ekonomi dan mengusahakan tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi yang laju.

4.    Bank sentral diberi kekuasaan untuk mencetak uang kertas dan uang logam
Bank sentral diberi oleh hak oleh pemerintah untuk mencetak mata uang, yaitu mengeluarkan uang logam dan kertas. Bank-bank umum tidak mempunyai kekuasaan yang demikian. Dengan ketiadaan kekuasaan untuk mencetak uang ini bukanlah berarti bahwa bank-bank umum tidak kuasa untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar



FUNGSI UTAMA BANK SENTRAL

Kalau diperhatikan peranan dan kegiatan yang dijalankan oleh bank sentral di berbagai negara, maka akan dapat dilihat bahwa pula pada umumnya bank sentral ditugaskan oleh pemerintah untuk menjalankan kegiatan.

1.    Bank Sentral Sebagai Bank Kepada Pemerintah
Pemerintah dipandang sebagai suatu perusahaan raksasa. Setiap harinya ia harus membuat pengeluaran-pengeluaran dan menerima berbagai jenis kegiatan sperti pendapatan dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan impor. Bank sentral bertindak sebagi lembaga keuangan terutama yang menyimpan uang yang dimiliki pemerintah. Seterusnya pemerintah menggunakan jasa-jasa bank sentral untuk membayar dan mengirim uang kepada pemerintah daerah dan departemen-departeen pemerintahan lain.
2.    Sebagai  Bank Kepada Bank Umum
Bank sentral selalu disebut juga sebagai “bank kepada bank” atau sumber pinjaman terakhir. Artinya bank sentral adalah bank dari bank-bank lainnya dan ia merupakan sumber terakhir dari pinjaman apabila bank-bank umum tidak dapat memperoleh pinjaman dari sumber lain.
3.    Mengawasi Bank Umum Dan Institusi Keuangan Lain
Lembaga-lembaga keuangan, termasuk bank umum, merupakan perusahaan yang mencari keuntungan dari meminjamkan uang yang dimilikinya atau ditabungkan kepadanya. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal mereka haruslah meminjamkan kepada perusahaan-perusahaan dan perorangan-perorangan sebanyak yang mungkin mereka pinjamkan. Apabila tujuan ini terlalu ditekankan oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut, maka akan timbul akibat-akibat buruk kepada masyarakat dan perekonomian.
4.    Mengawasi Kestabilan Kurs Valuta Asing
Untuk menciptakan kestabilan ekonomi dengan mempertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing. Untuk mencapai tujuan inin pertama-tama haruslah dijaga agar terdapat keseimbangan di antara ekspor dan aliran masuk modal di satu pihak, dengan impor dan aliran ke luar modal di lain pihak. Harus pula dijaga agar terdapat cukup cadangan mata uang asing yang terdapat sewaktu-waktu digunakan untuk membiayai pembayaran uang asing yang berlebihan ke negara-negara lain karena aliran ke luar untuk pembayaran impor dan kebutuhan lain adalah lebih besar daripada aliran masuk yang diterima dari ekspor dan pendapatan dari luar lainnya.
5.    Mata uang yang beredar Mencetak Uang Logam Dan Uang Kertas
Dalam perekonomian dikeluarkan oleh bank sentral. Pemerintah memberi kekuasaan kepada bank sentral untuk mencetak uang yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan perdagangan dan produksi. Didalam menjalankan tugas ini bank sentral haruslah menentukan besarnya jumlah uang yang harus disediakannya pada suatu waktu tertentu. Dalam suatu perekonomian yang berkembang nilai transaksi yang dilakukan masyarakat semakin bertambah besar. Ini berarti dalam suatu perekonomian yang berkembang diperlukan lebih banyak uang. Karena tugasnya ini bank sentral erbagi menjadi dua bagian, yaitu bertugas mengeluarkan uang dan bagian lainnya menjalankan tugas-tugas bank sentral yang lain.

BANK DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR
Kasus Sederhana Dari Perbankan Bercadangan 100 Persen
Untuk melihat bagaimana bank-bank memengaruhi jumlah uang yang berdar, akan berguna untuk membayangkan bagaimana dunia tanpa bank sekali. Dalam dunia yang sederhana ini, uang kartal adalah satu-satunya bentuk uang. Lebih konkretnya, mari kita bayangkan bahwa jumlah total uang kartal adalah $100. Jadi, jumlah uang yang beredar adalah $100. (kami menggunakan dolar AS di sini untu ilustrasi, namun anda dapat menggantinya dengan mata uang local yang digunakan di Negara anda).
Sekarang, bayangkan bahwa seseorang membuka sebuah bank, sebut saja namanya First National Bank. First National Bank hanya merupakan institusi penyimpanan, yakni bank itu menerima simpanan, tetapi tidak memberikan pinjaman. Tujuan bank itu adalah memberikan para nasabahnya tempat yang aman untuk menyimpan uang mereka. Tujuan bank itu dalah orang menyimpan uang, bank itu menyimpan uangnya di dalam lemari penyimpanan sampai pemliknya datang untuk menariknya atau menulis cek untuk mengambilnya. Simpanan yang bank-bank telah terima, namun tidak dipinjamkan disebut dengan cadang (reserves). Dalam perekonomian khayalan ini, seluruh simpanan disebut dengan cadangan sehingga system ini disebut perbankan bercadangan-100-persen.
Kita dapat menuliskan posisi finansial First National Bank dengan system pembukuan bentuk T, yang merupakan penyederhanaan laporan akuntansi yang menunjukkan perubahan dalam asset-aset  kewajiban bank. Berikut catatan keuangan First National Bank apabila keseluruhan jumlah uang, yakni $100 disimpan di bank tersebut.

Penciptaan Uang Dangan Sistem Perbankan Cadangan-Sebagian
Pada akhirnya, bankir di first national bank mulai mempertimbangkan kembali kebijakan  cadangan 100 persen mereka. Membuat seluruh uang yang ada tidak berputar dalam lemari mereka, First national bank harus tetap menyimpan bebrapa cadangan sehingga ada uang yang  tersedia jika nasabah menariknya. Namun jika arus simpanan baru jumlahnya sama dengan arus penarikan, first national bank perlu menyimpan sedikit simpanan nasabah sebagai cadangan. Oleh karena itu, first national bank mengadopsi sistem yang disebut dengan perbankan bercadangan sebagian.
Bagian dari simpanan total yang dipegang oleh bank sebagian cadangan disebut dengan rasio cadangan. Rasio ini ditentukan oleh kombinasi peraturan pemerintah dan kebijakan bank.

Berbagai perangkat yang dimiliki Bank Sentral dalam Mengendalikan Moneter
Bank Sentral (kadang-kadang disebut sebagai “Pihak Berwenang Moneter” ) bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Ketika bank sentral memutuskan untuk mengubah jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Walaupun masing-masing bank sentral menerapkan kebijakan moneternya secara spesifik, ada tiga alat kebijakan moneter yang penting yaitu operasi pasar terbuka, syarat cadangan minimum, dan tingkat diskonto.
a.    Operasi Pasar Terbuka
Bank senttral melakukan operasi pasar terbuka ketika bank sentral membeli atau menjual obligasi negara. Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar bank sentral menginstruksikan kepada para pialang obligasinya untuk membeli obligasi dari publik dari publik di pasar obligasi nasional.
Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar, bank sentral hanya perlu melakukan sebaliknya. Bank sentral menjual obligasi negara kepada publik di pasar obligasi nasional. Publik membayar untuk memperoleh obligasi-obligasi ini dengan uang dan deposito bank yang dimilikinya, langsung mengurangi jumlah uang yang beredar. Bank mengetahui bahwa jumlah dana cadangannya mengecil. Akibatnya bank mengurangi jumlah pinjaman dan proses terciptanya uang terbalik dengan sendirinya.

b.    Syarat Cadangan Minimum
Bank sentral juga mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan syarat cadangan minimum, yangmerupakanregulasi jumlah cadangan minimum yang harus dipegang oleh bank berbanding dengan dana pinjaman. Kenaikan syarat cadangan minimum berarti bahwa bank-bank harus memgang lebih banyak cadangan sehingga dapat mengurangi pinjaman dari setiap unit yang disimpan, akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan menurunkan penggadaan uang, dan jumlah uang yang beredar. Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum menurunkan rasio cadangan, meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar.

c.    Tingkat Diskonto
Alat ketiga dalam perangkat bank sentral adalah tingkat diskonto tingkat bungapinjaman yang dibuat oleh bank sentral untuk bank-bank dibawahnya. Bank sentral dapat mengubah jumlah uang yang beredar dengan cara mengubah tingkat diskonto. Semakin tinggi tingkat diskonto semakin enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu, kenaikan tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan, yang kemudian mengurangi jumlah uang yang beredar. Sebaliknya tingkat diskonto yang lebih rendah mendorong bank untuk meminjam dana dari bank sentral meningkatkan jumlah cadangan, dan meingkatkan jumlah uang yang beredar.

Masalah-masalah dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar
      Tingkat perangkat utama bank sentral, yaitu operasi pasar terbuka, syarat cadangan minimum. Dan tingkat diskonto memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah uang yang beredar. Namun demikian, pengendalian jumlah uang yang beredar yang dilakukan bank sentral tidaklah tepat. Bank sentral harus bergulat dengan dua masalah, masing-masing muncul karena banyaknya jumlah uang yang beredar yang diciptakan oleh sistem perbankan bercadang-sebagaian.
Masalah pertama adalah bahwa bank sentral tidak mengendalikan  jumlah uang yang dipegang oleh rumah tangga dalam bentuk simpanan di bank-bank. Semakin banyak rumah tangga yang menabung di bank, semakin banyak cadangan yang dimiliki oleh bank, dan semakin banyak uang yang dapat diciptakan  oleh sistem perbankan. Sebaliknya semakin sedikit rumah tangga yang menabung di bank, semakin sedikit cadangan yang dimiliki oleh bank, dan semakin sedikit uang yang diciptakan oleh sistem perbankan. Untuk mengetahui mengapa hal ini menjadi masalah, misalkan satu hari orang-orang mulai hilang kepercayaanya terhadap sistem perbankan sehingga untuk memutuskan untuk menarik seluruh tabungannya dan memegang lebih banyak uang kartal. Ketika hal ini terjadi, sistem perbankan kehilangan cadangan dan menciptakan lebih sedikit uang. Jumlah uang yang beredar turun, bahkan tanpa tindakan bank sentral.
Masalah kedua adalah bahwa bank sentral tidak mengendalikan jumlah yang dipinjamkan oleh para bankir. Ketika uang ditabungkan di bank, uang itu menciptakan lebih banyak uang jika bank itu meminjamkannnya. Karena bank dapat memilih untuk memegang kelebihan cadangan, bank sentral tidak terlalu yakin berapa uang diciptakan oleh sistem perbankan.sebagi contoh, bayangkan bahwa suatu hari para bankir lebih berhati-hati terhadap kondisi perekonomian dan memutuskan untuk memberikan pinjaman lebih sedikit dan memegang cadangan lebih besar. Dalam hal ini, sistem perbankan lebih sedikit menciptakan uang dibandingkan dengan yang seharusnya. Karena keputusan para bankir, jumlah uang yang beredar akan menurun.
Oleh karena itu, dalam sistem perbankan bercadang-sebagian, jumlah uang yang beredar dalam perekonomian bergantung pada perilaku nasabah dan bankir. Karena bank sentral tidak dapat mengendalikan atau secara tepat memprediksi perilaku ini, bank sentral tidak dapat secara tepat mengendalikan jumlah uang yang beredar. Namun, jika bank sentral waspada, masalah-masalah ini tidak akan menjadi masalah yang besar. Bank sentral mengumpulkan data pada dana tabungan dan cadangan dari bank-bank secara berkala sehingga semakin cepat bank sentral menyadari perubahan-perubahan perilaku para nasabah dan bankir. Oleh karena itu, bank sentral merespons perubahan-perubahan yang terjadi ini dan menjaga agar jumlah uang yang beredar ada tingkat yang diinginkan.



PERTUMBUHAN UANG DAN INFLASI

Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money)
            Nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta.
            Gambar di atas menggambarkan hubungan antara supply dan demand terhadap uang. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah uang beredar, sumbu vertikal kiri menggambarkan nilai uang, 1/P, dan sumbu vertikal kanan menggambarkan tingkat harga, P. Sumbu-sumbu vertikal menggambarkan bahwa saat nilai uang tinggi, maka tingkat harga akan rendah, dan sebaliknya pada tingkat harga yang tinggi maka nilai uang akan rendah. Kedua kurva menggambarkan supply dan demand terhadap uang. Kurva supply berbentuk vertikal karena jumlah uang beredar ditetapkan oleh Bank Sentral. Kurva demand memiliki slope negatif, mengindikasikan bahwa saat nilai uang rendah dan tingkat harga tinggi, maka permintaan terhadap uang akan tinggi. Pada titik equilibrium, A, jumlah uang yang diedarkan dan jumlah uang yang diminta masyarakat berada dalam keseimbangan. Ekuilibrium antara supply dan demand terhadap uang menentukan nilai uang dan tingkat harga barang dan jasa. Jika Bank Sentral mengubah jumlah uang yang beredar, misalnya dengan mencetak lebih banyak uang, ekuilibrium supply dan demand terhadap uang akan berubah seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
            Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat.
            Saat jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta. Meningkatnya jumlah uang menyebabkan naiknya permintaan terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang diminta tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka akan terjadi peningkatan harga. Peningkatan harga kemudian mendorong naiknya jumlah uang yang diminta masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian akan mencapai equilibrium baru, yaitutitik B, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang dengan jumlah uang yang diedarkan. Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money)
             Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi.  Secara umum, teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian, dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut:
M x V = P x Y
            Dimana P adalah tingkat harga (GDP deflator), Y adalah jumlah output (real GDP), M adalah jumlah uang beredar, PxY adalah nominal GDP, dan V adalah velocity of money (perputaran uang). Persamaan ini disebut sebagai persamaan kuantitas (quantity equation).
Velocity of money (perputaran uang)
            Mengukur tingkat dimana uang bersirkulasi dalam perekonomian (Mankiw, 2003). Atau dapat dikatakan mengukur kecepatan perpindahan uang dari satu orang ke orang lainnya. Velocity of money dapat dihitung melalui pembagian antara GDP nominal dengan jumlah uang beredar. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut:
V = ( P x Y ) / M
            Persamaan di atas dapat dianggap sebagai suatu definisi yang menunjukkan perputaran V sebagai rasio GDP nominal, PY, terhadap kuantitas uang M. Persamaan tersebut merupakan suatu identitas. Jika satu atau lebih variabel itu berubah, maka satu atau lebih variabel lainnya juga harus berubah untuk menjaga kesamaan. Misalnya, jika jumlah uang beredar meningkat, maka akibatnya dapat dilihat dari ketiga variabel lainnya: harga harus naik, kuantitas output harus naik, atau kecepatan perputaran uang harus turun.
            Dari berbagai kasus, dapat dilihat bahwa perputaran uang relatif stabil. Gambar berikut menunjukkan hubungan antara GDP nominal, jumlah uang beredar (M2) dan velocity of money di Amerika Serikat sejak tahun 1960.
            Dalam gambar dapat dilihat bahwa dalam periode 1960 – 2000, walaupun velocity of money tidak konstan, namun tidak berubah banyak. Karenanya, velocity of money sering diasumsikan sebagai konstan. Sebaliknya, jumlah uang beredar dan GDP nominal meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.  Jika diasumsikan bahwa V adalah konstan, maka persamaan kuantitas dapat dilihat sebagai teori yang menentukan GDP nominal.  perubahan dalam kuantitas uang (M) harus menyebabkan perubahan yang proporsional dalam GDP nominal (PY). Yaitu, jika perputaran adalah tetap, maka kuantitas uang menentukan nilai dari output perekonomian. Secara teoretis, hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat harga ekuilibrium yang digambarkan dalam quantity theory of money dapat dijelaskan sebagai berikut (Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3: 348; Mankiw (2003): 82):
1.    Velocity of money relatif stabil dalam jangka panjang.
2.    Karena velocity relatif stabil, saat Bank Sentral mengubah jumlah uang beredar (M), terjadi perubahan proporsional dalam nilai output nominal (PY).
3.    Besarnya output barang dan jasa (Y) ditentukan oleh supply faktor produksi dan teknologi produksi. Secara khusus, karena uang adalah netral, uang tidak memengaruhi besaran output.
4.    Dengan output (Y) ditentukan oleh supply faktor dan teknologi, saat Bank Sentral mengubah jumlah uang beredar (M) dan menyebabkan perubahan proporsional terhadap nilai output nominal (PY), perubahan tersebut akan tercermin dalam tingkat harga (P). Jadi, teori ini menunjukkan bahwa tingkat harga adalah proporsional terhadap jumlah uang beredar.
5.    Karena tingkat inflasi ditunjukkan oleh perubahan persentase dalam tingkat harga, maka meningkatnya jumlah uang beredar akan menyebabkan inflasi.
            Persamaan kuantitas dapat ditulis dalam bentuk perubahan persentase, sebagai berikut:
Perubahan % M + Perubahan % V = Perubahan % P + Perubahan % Y
            Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, perubahan persentase dalam kuantitas uang M berada di bawah pengawasan Bank Sentral. Kedua, perubahan persentase dalam perputaran uang V mencerminkan pergeseran dalam permintaan uang; diasumsikan bahwa perputaran adalah konstan sehingga perubahan persentase dalam perputaran V adalah nol. Ketiga, perubahan persentase dalam tingkat harga P adalah tingkat inflasi. Keempat, perubahan persentase dalam output Y bergantung pada pertumbuhan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi yang dapat dianggap sebagai baku (given). Analisis ini menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar menentukan tingkat inflasi.
II. Hubungan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi di Indonesia
            Friedman dan Schwartz menulis dua makalah yang mendokumentasi sumber dan pengaruh perubahan dalam kuantitas uang selama periode 1867 – 1960 dan 1867 – 1975 di Amerika Serikat. Secara empiris, Friedman dan Schwartz berhasil memverifikasi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar. Hasil penelitian Friedman dan Schwartz menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dekade-dekade dengan pertumbuhan uang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi, dan dekade-dekade dengan pertumbuhan uang rendah cenderung memiliki inflasi yang rendah. Hasil yang sama diperoleh dari perbandingan tingkat rata-rata inflasi dan tingkat rata-rata pertumbuhan uang di lebih dari 100 negara selama tahun 1990-an. Dalam kajian tersebut, terdapat hubungan yang jelas antara pertumbuhan uang dan inflasi. Negara-negara dengan pertumbuhan uang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi, sementara negara-negara dengan pertumbuhan uang rendah cenderung memiliki inlfasi yang rendah.
            Namun demikian, menurut Mankiw (2003), keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka panjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi dalam data bulanan tidak akan seerat hubungan keduanya jika dilihat selama periode 10-tahun. Paper ini akan mencoba menganalisis hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar di Indonesia. Data yang digunakan adalah data tahun 1988 – 2006 yang bersumber dari Asian Development Bank, sebagai berikut:
            Data jumlah uang beredar yang digunakan adalah M2, yaitu jumlah total M1 (uang kartal dan uang giral) dan uang kuasi (deposito berjangka dan tabungan, dalam rupiah dan valuta asing serta giro valuta asing milik penduduk) dalam trilyun rupiah. Data inflasi merupakan data inflasi menurut tahun kalender. Sedangkan data nominal PDB adalah PDB atas dasar harga berlaku dalam trilyun rupiah. Jumlah perputaran uang dihitung melalui pembagian antara GDP nominal dengan jumlah uang beredar. Dari hasil perhitungan, rata-rata jumlah perputaran uang yang terjadi pada periode 1988 – 2006 adalah sebesar 2,23 kali per tahun. Dapat diartikan, bahwa selama periode tersebut, terjadi perpindahan uang rata-rata hanya sebesar 2,23 kali per tahun masuk ke dalam pendapatan individu di Indonesia. Jika jumlah perputaran hanya memerhitungkan M1 (uang kartal dan uang giral), rata-rata jumlah perputaran yang terjadi pada periode 1988 – 2006 adalah sebesar 9,09 kali per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin liquid suatu aset (dalam hal ini uang) semakin besar jumlah perputaran yang terjadi. Kolom terakhir pada tabel berikut menunjukkan besaran k yang menunjukkan bagian pendapatan nominal yang dipegang seseorang sebagai uang tunai.
            Rata-rata bagian pendapatan yang dipegang seseorang di Indonesia pada periode 1988 – 2006 adalah sebesar 46,36%. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa, seperti dalam teori, terdapat hubungan kebalikan antara jumlah perputaran (V) dan besaran k. Jumlah perputaran terkecil terjadi pada tahun 1998, yaitu pada saat terjadinya krisis moneter di Indonesia. Pada tahun 1998, perputaran uang hanya terjadi sebesar 1,66 kali per tahun, sementara bagian pendapatan yang dipegang sebagai uang tunai sebesar 60,41%. Ketidakpastian yang terjadi dalam perekonomian Indonesia pada periode krisis (1997 – 1999) menyebabkan orang lebih memilih untuk menyimpan uang dalam bentuk tunai di rumah dibandingkan menyimpan di Bank atau berinvestasi.
            Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian setelah krisis, jumlah uang yang dipegang dalam bentuk tunai semakin berkurang, dan jumlah perputaran uangsemakin meningkat walaupun tidak sesering pada masa sebelum krisis.

            Dari hasil perhitungan dan dapat dilihat pada grafik berikut, selama periode 1988 – 2006 jumlah perputaran uang relatif stabil. Sebaliknya, GDP nominal meningkat 21 kali lipat dan uang beredar meningkat hampir 32 kali lipat.

            Seperti ditunjukkan dalam grafik, pertambahan jumlah uang beredar (M2) di Indonesia hampir secepat pertambahan GDP nominal. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa selama periode 1988 – 2006, perubahan jumlah uang beredar di Indonesia menyebabkan perubahan yang proporsional terhadap GDP nominal. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa, jika perputaran uang adalah tetap, maka kuantitas uang menentukan nilai dari output perekonomian. Dengan kata lain, perubahan output nominal yang dicerminkan dalam tingkat harga cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Lebih jauh dapat diartikan bahwa perubahan tingkat inflasi di Indonesia sebagai akibat perubahan harga dalam periode tersebut cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukan regresi sederhana. Yang menjadi variabel dependen adalah tingkat inflasi (%), sedangkan variabel independennya adalah pertumbuhan jumlah uang beredar (%). Hipotesis yang menjadi dasar regresi adalah bahwa terdapat hubungan yang positif antara inflasi dengan pertumbuhan jumlah uang beredar.  Model regresi sederhana yang dipakai adalah:
Inflasi = β0 + β1.pertumbuhan jumlah uang beredar
Dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Inflasi = - 5,407 + 0,78 (M2growth)
            Atau dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan pertumbuhan jumlah uang beredar sebesar 1% akan menyebabkan inflasi sebesar 0,78% (ceteris paribus). Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah:
1.    Uji t untuk melihat pengaruh variabel independen,
yaitu pertumbuhan jumlah uang beredar, terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Hipotesis yang digunakan: Ho : β1 < 0 Ha : β1 > 0, Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen tidak memengaruhi variabel dependen secara signifikan.  Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel independen memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil t-hitung untuk β1 sebesar 3,776 sementara t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah sebesar 1,753, dengan kata lain t-hitung > t-tabel. Artinya, variabel independen (pertumbuhan jumlah uang beredar) memengaruhi variabel dependen (tingkat inflasi) secara signifikan.
2.    Koefisien determinasi (R2). R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Suatu R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dari hasil perhitungan diperoleh R2 sebesar 0,456. Artinya, variabel pertumbuhan jumlah uang beredar menjelaskan terjadinya perubahan tingkat inflasi sebesar 45,6%. Sementara sisanya, yaitu 54,4%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.
            Secara grafis, hubungan antara tingkat inflasi dengan pertumbuhan uang beredar digambarkan dalam grafik-grafik di bawah ini. Dalam grafik titik sebar pertumbuhan uang dan inflasi ini, setiap titik menunjukkan satu tahun. Sumbu horisontal menunjukkan pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) dalam persen, dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat inflasi rata-rata. Dari kedua grafik, dapat dilihat bahwa secara umum terdapat korelasi positif antara tingkat inflasi dengan pertumbuhan jumlah uang beredar. Korelasi ini membuktikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi.





STUDI KASUS
KEKACAUAN BANK DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR
Walaupun anda tidak pernah menyaksikan sebuah bank mengalami kekacauan. Anda mungkin pernah melihatnya dalam film seperti Mary poppins atau It’s a Wonderful Life. Kekacauan bank  terjadi ketika para nasabah mencurigai bahwa bank mungkin akan bangkrut  sehingga “lari” ke bank untuk mengambil tabungan mereka.
            Kekacauan bank merupakan masalah bagi bank yang menggunakan system perbankan bercadangan-sebagaian. Karena bank hanya menyimpan bagian dari tabungan dalam cadangan, hal itu tidak dapat memenuhi permintaan penarikan dari semua nasabah, bahkan jika bank pada kenyataanya mampu (artina bahwa asset melampui kewajibannya), bank tidak akan mempunyai uang tunai yang cukup untuk diberikan kepada seluruh nasabah dengan akses yang sangat cepat. Ketika kekacauan terjadi, bank dipaksa untuk menutup pintunya sampai seluruh pinjaman dibayar atau sampai beberapa pinjaman terakhir (seperti bank sentral) memberikan bank itu cukup uang untuk memenuhi permintaan para nasabah.
            Kekacauan bank menyulitkan pengendalian jumlah yang beredar. Contoh penting dari masalah ini muncul dari masalah ini muncul di Amerika Serikat pada Great Dpression pada awal 1930-an.setelah gelombang kekacauan ban dan penutupan bank, para nasabah dan bankir menjadi lebih waspada. Para nasabah menarik uang tabungan mereka dari bank, dan lebih memegang uang mereka dalam bentuk tunai. Keputusan ini membalikkan proses penciptaan uang, para bankir merespon pada penurunan rasio cadangan cadangan dan mengurangi pinjaman. Pada saat yang sama, para bankir meningkatkan rasio cadangan mereka sehingga mereka akan memiliki uang tunai yang cukup untuk memenuhi para nasabah jika terjadi kembali uang kekacauan bank pada masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio cadangan penggadaan uang akan semakin rendah, yang akan mengurangi jumlah uang yang beredar. Dari tahun 1929 sampai dengan 1933 jumlah uang yang beredar di Amerika turun hingga 28 % bahkan tanpa adanya tindakan penurunan jumlah uang yang beredar dari The Fed. Banyak pakar ekonomi menunjukkan penurunan jumlah uang yang beredar yang besar ini untuk menjelaskan tingginya pengangguran dan turunnya harga yang bertahan selama periode ini.

DAFTAR RUJUKAN

MANKIW, N, GREGORY;QUAH, EUSTON;WILSON,PETER.2014.Pengantar  
Ekonomi Makro.Jakarta:Salemba Empat
Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi: Teori Pengantar:Jakarta Rajawali Pers

banner
Previous Post
Next Post

0 comments: