A.
DEFINISI
DAN CIRI-CIRI UANG
Berdasarkan
kepada ciri-ciri kegiatan perdagangan yang dijalankan dalam berbagai masyarakat
(Di masa lalu dan pada masa kini), perekonomian dapat dibedakan kepada “perekonomian barter” dan “perekonomian uang”. Yang diartikan dengan
“perekonomian barter” adalah suatu
kegiatan ekonomi masyarakat di mana kegiatan produksi dan perdagangan masih
sangat sederhana, kegiatan tukar-menukar masih terbatas, dan jual beli
dilakukan secara pertukaran barang dengan barang atau barter.
Yang
diartikan dengan “perkenomian uang”
adalah perekonomian yang sudah menggunakan uang sebagai alat pertukaran dalam
kegiatan perdagangan.
BEBERAPA KELEMAHAN BARTER
Ø Perekonomian Barter
Memerlukan “Kehendak Ganda yang Selaras”
Yang dimaksudkan dengan kehendak
ganda yang selaras atau “double coincidence of wants” adalah tiap pihak yang
ingin melakukan pertukaran memiliki barang yang diingini pihak lain, dan
mencari barang yang dimiliki pihak lain.
Ø Penentuan Harga Sukar
Dilakukan
Dalam kegiatan pertukaran
dengan menggunakan uang, berbgai barang dapat dengan mudah ditentukan nilainya
dengan meyatakannya dalam bentuk jumlah uang yang dibutuhkan untuk
memperolehnya.
Ø Perekonomian Barter
Membatasi Pilihan Pembeli
Apabila pertukaran dilakukan
secara barter, seorang pembeli akan terikat kepada syarat yang ditentukan pihak
lain yang menginginkan barang yang dimilikinya.
Ø Menyulitkan Pembayaran
Tertunda
Dalam sistem barter,
penjualan secara kredit akan diabayar dalam bentuk barang juga dan ini
menyukarkan perdagangan karena
-
Timbul masalah untuk
menetukan jenis barang yang akan digunakan pembayaran
-
Harus dibuat perjanjian
dengan mutu barang yang akan digunakan sebagai pembayaran
Ø Sukar Menyimpan Kekayaan
Dalam
perekonomian barter menyimpan kekayaan sukar dilakukan. Kekayaan harus disimpan
dalam bentuk barang seperti rumah, ternak, peliharaan , emas, dan perhiasan
lain, atau tanah. Kekayaan-kekayaan ini memerlukan tempat dan biaya untuk
menyimpannya.
DEFINISI
DAN CIRI-CIRI UANG
Dari
kesulitan-kesulitan yang akan timbul sebagai akibat dari ketiadaan yang
diterangkan diatas dapatkah diambil suatu kesimpulan bahwa uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan
kegiatan tukar menukar dalam perekonomian. Maka uang selalu didefinisikan
sebagai aset ekonomi yang berupa
benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk
mengadakan tukar menukar / perdagangan. Yang dimaksudkan “disetujui” dalam definisi ini adalah
terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggungakan
satu atau beberapa benda sebagai alat perantaraan dalam kegiatan tukar menukar.
Agar masyarakat menyetujui penggunaan sesuatu benda sebagai uang haruslah benda
itu memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Nilainya
tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
b. Mudah
dibawa-bawa
c. Mudah
disimpan tanpa mengurangi nilainya
d. Tahan
Lama
e. Jumlah
terbatas (Tidak Belebih-lebihan)
f. Bendanya
mempunyai mutu yang sama
FUNGSI UANG
Uang
memiliki tiga fungsi dalam perekonomian. Uang adalah alat tukar, satuan hitung, penyimpan nilai. Tiga fungsi ini
membedakan uang dari aset-aset lainnya dalam perekonomian seperti saham,
obligasi, properti, dan koleksi barang seni.
Alat tukar merupakan
sesuatu yang diberikan pembeli kepada penjual ketika mereka membeli barang dan
jasa. Ketika seseorang membeli sebuah pakaian di toko, toko itu memberikan anda
pakaiannya, dan seseorang tersebut memberikan uang ke toko itu. Perpindahan
uang ini dari pembeli kepada penjual memungkinkan transaksi terjadi.
Satuan Hitung merupakan ukurang
yang digunakan oleh orang-orang untuk menetapkan harga dan mencatat tagihan.
Ketika anda pergi berbelanja, anda dapat mengamati bahwa sebuah kaos dengan
harga $20 dan burger dengan harga $2. Walapaun secara tepat dapat dikatakan bahwa
harga sebuah kaos sama dengan 10 burger dan harga burger 1/10 harga kaos, harga
tidak pernah dicantumkan seperti itu.
Penyimpan Nilai berarti
uang merupakan alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mentransfer daya
beli dari masa sekarang. Ketika seorang penjual menerima uang saat ini sebagai
ganti dari barang atau jasanya, penjual tersebut dapat menyimpan uang tersebut
dan dapat menjadi pembeli dari barang atau jasa lainnya pada masa yang akan
datang. Tentu saja, uang bukan
satu-satunya alat penyimpanan nilai dalam ekonomu karena seseorang dapat
mnemindahkan kekuatan membeli mereka dari masa sekarang menuju masa depan
dengan memegang bentuk aset lainnya. Istilah kesejahteraan digunakan untuk mengacu pada jumlah total seluruh
penyimpan nilai, termasuk didalamnya uang atau aset nonmoneter.
JENIS-JENIS
UANG
Ketika
uang berbentuk komoditas dengan nilai intrinsik, hal itu disebut dengan uang komoditas. Istilahintrinsik berarti bahwa barang tersebut
akan memiliki nilai, bahkan jika tidak digunakan sebagai uang. Sebagai contoh
dari uang komoditas adalah emas. Emas memiliki nilai intrinsik karena digunakan
dalam industri dan dalam pembuatan perhiasaan. Walaupun saat ini kita tidak menggunakan
emas sebagai uang, secara historis emas merupakan bentuk uang yang umum karena
mudah dibawa, diukur, dan diverifikasi kemurniannya.
Uang
tanpa nilai intrinsik disebut dengan uang
fiat. Fiat hanya merupakan sebuah perintah atau perjanjiandan uang fiat
dibuat sebagai uang oleh dekrit pemerintah.
UANG
DALAM PEREKONOMIAN
Seperti
yang akan lihat, jumlah peredaran uang dalam perekonomian disebut dengan
persediaan uang, memiliki pengaruh kuat terhadap variabel ekonomi . Aset yang
harus dimasukkan adalah uang kartal
adalah uang kertas dan uang logam yang ada di masyarakat. Mata uang jelas
merupakan alat tukar yang diterima secara luas dalam perekonomian. Tidak ada
keraguan bahwa mata uang adalah bagian dari persediaan uang.
Namun
uang tunai bukanlah saatu-satunya aset yang dapat anda gunakan untuk membeli
barang dan jasa. Beberapa toko juga menerima cek. Kekayaan yang ada dalam cek
hampir setara dengan uang yang ada dalam dompet anda. Oleh karena itu, untuk
mengukur persediaan mungkin anda memasukkan rekening
giro neraca dalam rekening bank yang dapat diakses
dengan permintaan oleh nasabah dengan menuliskan cek.
PERANAN DAN KEGIATAN BANK
UMUM
Yang
dimaksud dengan lembaga keuangan adalah atau institusi keuangan adalah semua
perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan
uang yang disimpan yang disimpankan kepada mereka. Sebagai “balas jasanya”
para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang
mereka buat. Tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan tersebut
selanjutnya akan dipinjamkan kembali kepada individu-individu dan
perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya. Sebagian lagi digunakan untuk
membeli saham-saham berbagai perusahaan.
Lembaga
keuangan yang lazim terdapat di sesuatu negara dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis :
1.
Bank
umum atau bank perdagangan
Institusi ini adalah bank
yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan
yang diperoleknya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan
sendiri uang giral.
2.
Bank
Tabungan
Bank ini melakukan kegiatan
hampir seperti perusahaan peminjaman. Ia menerima simpanan dalam bentuk
tabungan atau simpanan berjangka panjang dan kemudian meninjamkan atau
menginvestasikan uang tersebut .
3.
Perusahaan
peminjaman
Merupakan badan keuangan
yang menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka lama
(yaitu hanya dapat diambil kembali oleh pemiliknya sesudah beberapa waktu nyg
ditentukan), dan selanjutnya meminjamkan atau menginvestasikan tabungan
tersebut.
4.
Pasaran
saham
Sebuah lembaga yang fungsi
utamanya adalah menjadi pusat di mana saham perusahaan-perusahaan
diperjualbelikan.
5.
Perusahaan
asuransi
Terdiri dari perusahaan yang
memperoleh uang dengan menjanjikan akan membuat ganti rugi pada individu,
perusahaan dan badan-badan lainnya apabila sesuatu peristiwa seperti
kecelakaan, kebakaran, kematian, dan sebagainya berlaku ke atas orang,
perusahaan atau badan yang membayar uang asuransi kepada perusahaan asuransi.
Uang asuransi yang dikumpulkan oleh badan ini akan diinvestasikan atau
dipinjamkan.
BEBERAPA KEISTIMEWAAN DARI BANK UMUM
Bank
umum memiliki beberapa keistemewaan yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga
lainnya.
1.
Keistemawaan
1 : Tabungan dapat diambil dengan cek
Salah satu keistemewaan itu
adalah kesanggupan bank umum untuk mencipatakan tabungan yang dapat
sewaktu-waktu diambil menggunakan cek, yaitu tabungan giral. Keitemewaaan untuk
menciptakan yang boleh diambil dengan menggunakan cek tidak dimiliki oleh
lembaga-lembaga keuangan lainnya.
2.
Keistemaawan
2 : Dapat Menciptakan Daya Beli
Keistemewaan yang kedua dari
bank umum bersumber dari kemampuannya untuk menciptakan daya beli baru atau
menghapuskan daya beli yang ada dalam perekonomian. Kegiatannya ini secara
otomatis akan menimbulkan perubahan-perubahan
dalam jumlah uang yang tersedia dalam perkeonomian.Kegiatan “mencipta”
atau menghapuskan dalam jumlah uang yang tersedia.
3.
Keistemawaaan
3 : Memberi Pinjaman Jangka Pendek
Keistemewaan yang ketiga
dari bank umum bersumber dari corak kegiatan meminjamkan uang yang
dilakukannya. Bank umum terutama memberikan pinjaman jangka pendek. Ini berarti
bank merupakan satu badan yg yangnting peranannya kepada perusahaan-perusahaan
untuk menyesuaikan keadaan keuangannnya dengan gerak naik turun kegiatan
ekonomi .
PERKEMBANGAN
BANK SENTRAL
Bank
sentral yaitu suatu bank yang diberi tugas oleh
pemerintah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan lembaga-lembaga keuangan yang
terdapat dalam perkeonomian. Berdasarkan kepada fungsi yang harus dilaksanakannya
ini bank sentral dapatlah didefinisikan sebagai suatu lembaga keuangan yang pada umumnya dimiliki pemerintah yang
diserahi tanggung jawaab untuk mengatur dan mengawasi kestabilan kegiatan
lembaga-lembaga keuangan, dan untuk menjamin agar kegiatan lembaga-lembaga
keuangan itu akan membantu menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi
stabil.
PERBEDAAN
KEGIATAN BANK SENTRAL DAN BANK UMUM
Kalau dibandingkan kegiatan
yang dijalankan oleh bank sentral dan dan bank umum, maka akan dapat dilihat bahwa
di antara kedua-duanya terdapat beberapa perbedaaan. Perbedaan-perbedaan itu
diterangkan dalan uraian berikut.
1. Dalam Perekonomian hanya
terdapat satu bank sentral
Sebaliknya,
bank umum mempunyai jumlah yang lebih banyak. Walaupun demikian bank sentral
mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam memengaruhi kegiatan ekonomi jika
dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh bank umum. Sebabnya karena,
bank sentral diberi tugas oleh pemerintah untuk mengatur kegiatan-kegiatan bank
umum.
2. Bank Umum kebanyakan
dimiliki oleh pihak swasta
Di
negara maju dan negara berkembang bank sentral dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah.
3. Tujuan kegiatan bank sentral
dan umum berbeda
Tujuan
dari bank umum yang terutama adalah berusaha agar kegiatan mereka dapat
menghasilkan dan memberikan keuntungan yang maksimum kepada para pemiliknya.
Sedangkan bank sentral didirikan bukanlah untuk tujuan tersebut. Salah satu
tujuan penting dari mendirikan bank sentral adalah mengatur dan mengawasi
kegiatan bank-bank umum dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan penting lainnya
dari mendirikan bank sentral adalah untuk membantu menciptakan kegiatan ekonomi
yang tinggi dan stabil. Di dalam jangka panjang salah satu tugas penting dari bank sentral adalah untuk melancarkan
proses pertumbuhan ekonomi dan mengusahakan tercapainya tingkat pertumbuhan
ekonomi yang laju.
4. Bank sentral diberi
kekuasaan untuk mencetak uang kertas dan uang logam
Bank
sentral diberi oleh hak oleh pemerintah untuk mencetak mata uang, yaitu mengeluarkan
uang logam dan kertas. Bank-bank umum tidak mempunyai kekuasaan yang demikian.
Dengan ketiadaan kekuasaan untuk mencetak uang ini bukanlah berarti bahwa
bank-bank umum tidak kuasa untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar
FUNGSI
UTAMA BANK SENTRAL
Kalau diperhatikan peranan
dan kegiatan yang dijalankan oleh bank sentral di berbagai negara, maka akan
dapat dilihat bahwa pula pada umumnya bank sentral ditugaskan oleh pemerintah untuk
menjalankan kegiatan.
1.
Bank
Sentral Sebagai Bank Kepada Pemerintah
Pemerintah dipandang
sebagai suatu perusahaan raksasa. Setiap harinya ia harus membuat
pengeluaran-pengeluaran dan menerima berbagai jenis kegiatan sperti pendapatan
dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan impor. Bank sentral bertindak sebagi
lembaga keuangan terutama yang menyimpan uang yang dimiliki pemerintah.
Seterusnya pemerintah menggunakan jasa-jasa bank sentral untuk membayar dan
mengirim uang kepada pemerintah daerah dan departemen-departeen pemerintahan
lain.
2.
Sebagai Bank Kepada Bank Umum
Bank sentral selalu
disebut juga sebagai “bank kepada bank” atau sumber pinjaman terakhir. Artinya
bank sentral adalah bank dari bank-bank lainnya dan ia merupakan sumber
terakhir dari pinjaman apabila bank-bank umum tidak dapat memperoleh pinjaman
dari sumber lain.
3.
Mengawasi
Bank Umum Dan Institusi Keuangan Lain
Lembaga-lembaga
keuangan, termasuk bank umum, merupakan perusahaan yang mencari keuntungan dari
meminjamkan uang yang dimilikinya atau ditabungkan kepadanya. Untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal mereka haruslah meminjamkan kepada perusahaan-perusahaan dan
perorangan-perorangan sebanyak yang mungkin mereka pinjamkan. Apabila tujuan
ini terlalu ditekankan oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut, maka akan timbul
akibat-akibat buruk kepada masyarakat dan perekonomian.
4.
Mengawasi
Kestabilan Kurs Valuta Asing
Untuk menciptakan
kestabilan ekonomi dengan mempertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing.
Untuk mencapai tujuan inin pertama-tama haruslah dijaga agar terdapat
keseimbangan di antara ekspor dan aliran masuk modal di satu pihak, dengan
impor dan aliran ke luar modal di lain pihak. Harus pula dijaga agar terdapat
cukup cadangan mata uang asing yang terdapat sewaktu-waktu digunakan untuk
membiayai pembayaran uang asing yang berlebihan ke negara-negara lain karena
aliran ke luar untuk pembayaran impor dan kebutuhan lain adalah lebih besar
daripada aliran masuk yang diterima dari ekspor dan pendapatan dari luar
lainnya.
5.
Mata
uang yang beredar Mencetak Uang Logam Dan Uang Kertas
Dalam perekonomian
dikeluarkan oleh bank sentral. Pemerintah memberi kekuasaan kepada bank sentral
untuk mencetak uang yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan perdagangan dan
produksi. Didalam menjalankan tugas ini bank sentral haruslah menentukan
besarnya jumlah uang yang harus disediakannya pada suatu waktu tertentu. Dalam
suatu perekonomian yang berkembang nilai transaksi yang dilakukan masyarakat
semakin bertambah besar. Ini berarti dalam suatu perekonomian yang berkembang
diperlukan lebih banyak uang. Karena tugasnya ini bank sentral erbagi menjadi
dua bagian, yaitu bertugas mengeluarkan uang dan bagian lainnya menjalankan
tugas-tugas bank sentral yang lain.
BANK
DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR
Kasus
Sederhana Dari Perbankan Bercadangan 100 Persen
Untuk melihat
bagaimana bank-bank memengaruhi jumlah uang yang berdar, akan berguna untuk
membayangkan bagaimana dunia tanpa bank sekali. Dalam dunia yang sederhana ini,
uang kartal adalah satu-satunya bentuk uang. Lebih konkretnya, mari kita
bayangkan bahwa jumlah total uang kartal adalah $100. Jadi, jumlah uang yang
beredar adalah $100. (kami menggunakan dolar AS di sini untu ilustrasi, namun
anda dapat menggantinya dengan mata uang local yang digunakan di Negara anda).
Sekarang, bayangkan
bahwa seseorang membuka sebuah bank, sebut saja namanya First National Bank.
First National Bank hanya merupakan institusi penyimpanan, yakni bank itu
menerima simpanan, tetapi tidak memberikan pinjaman. Tujuan bank itu adalah
memberikan para nasabahnya tempat yang aman untuk menyimpan uang mereka. Tujuan
bank itu dalah orang menyimpan uang, bank itu menyimpan uangnya di dalam lemari
penyimpanan sampai pemliknya datang untuk menariknya atau menulis cek untuk
mengambilnya. Simpanan yang bank-bank telah terima, namun tidak dipinjamkan
disebut dengan cadang (reserves). Dalam perekonomian khayalan ini, seluruh
simpanan disebut dengan cadangan sehingga system ini disebut perbankan
bercadangan-100-persen.
Kita dapat menuliskan
posisi finansial First National Bank dengan system pembukuan bentuk T, yang
merupakan penyederhanaan laporan akuntansi yang menunjukkan perubahan dalam
asset-aset kewajiban bank. Berikut
catatan keuangan First National Bank apabila keseluruhan jumlah uang, yakni
$100 disimpan di bank tersebut.
Penciptaan Uang
Dangan Sistem Perbankan Cadangan-Sebagian
Pada akhirnya, bankir
di first national bank mulai mempertimbangkan kembali kebijakan cadangan 100 persen mereka. Membuat seluruh
uang yang ada tidak berputar dalam lemari mereka, First national bank harus
tetap menyimpan bebrapa cadangan sehingga ada uang yang tersedia jika nasabah menariknya. Namun jika
arus simpanan baru jumlahnya sama dengan arus penarikan, first national bank
perlu menyimpan sedikit simpanan nasabah sebagai cadangan. Oleh karena itu,
first national bank mengadopsi sistem
yang disebut dengan perbankan bercadangan sebagian.
Bagian dari simpanan
total yang dipegang oleh bank sebagian cadangan disebut dengan rasio cadangan.
Rasio ini ditentukan oleh kombinasi peraturan pemerintah dan kebijakan bank.
Berbagai perangkat yang dimiliki Bank Sentral dalam
Mengendalikan Moneter
Bank
Sentral (kadang-kadang disebut sebagai “Pihak Berwenang Moneter” ) bertanggung
jawab untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Ketika bank
sentral memutuskan untuk mengubah jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Walaupun
masing-masing bank sentral menerapkan kebijakan moneternya secara spesifik, ada
tiga alat kebijakan moneter yang penting yaitu operasi pasar terbuka, syarat
cadangan minimum, dan tingkat diskonto.
a.
Operasi
Pasar Terbuka
Bank
senttral melakukan operasi pasar terbuka ketika bank sentral membeli atau
menjual obligasi negara. Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar bank sentral
menginstruksikan kepada para pialang obligasinya untuk membeli obligasi dari
publik dari publik di pasar obligasi nasional.
Untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar, bank sentral hanya perlu melakukan
sebaliknya. Bank sentral menjual obligasi negara kepada publik di pasar
obligasi nasional. Publik membayar untuk memperoleh obligasi-obligasi ini
dengan uang dan deposito bank yang dimilikinya, langsung mengurangi jumlah uang
yang beredar. Bank mengetahui bahwa jumlah dana cadangannya mengecil. Akibatnya
bank mengurangi jumlah pinjaman dan proses terciptanya uang terbalik dengan
sendirinya.
b.
Syarat
Cadangan Minimum
Bank
sentral juga mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan syarat cadangan minimum, yangmerupakanregulasi jumlah cadangan
minimum yang harus dipegang oleh bank berbanding dengan dana pinjaman. Kenaikan
syarat cadangan minimum berarti bahwa bank-bank harus memgang lebih banyak
cadangan sehingga dapat mengurangi pinjaman dari setiap unit yang disimpan,
akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan menurunkan penggadaan uang,
dan jumlah uang yang beredar. Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum
menurunkan rasio cadangan, meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan
jumlah uang yang beredar.
c.
Tingkat
Diskonto
Alat
ketiga dalam perangkat bank sentral adalah tingkat
diskonto tingkat bungapinjaman yang dibuat oleh bank sentral untuk
bank-bank dibawahnya. Bank sentral dapat mengubah jumlah uang yang beredar
dengan cara mengubah tingkat diskonto. Semakin tinggi tingkat diskonto semakin
enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu, kenaikan
tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan, yang kemudian
mengurangi jumlah uang yang beredar. Sebaliknya tingkat diskonto yang lebih
rendah mendorong bank untuk meminjam dana dari bank sentral meningkatkan jumlah
cadangan, dan meingkatkan jumlah uang yang beredar.
Masalah-masalah dalam
mengendalikan jumlah uang yang beredar
Tingkat perangkat utama bank sentral,
yaitu operasi pasar terbuka, syarat cadangan minimum. Dan tingkat diskonto
memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah uang yang beredar. Namun demikian,
pengendalian jumlah uang yang beredar yang dilakukan bank sentral tidaklah
tepat. Bank sentral harus bergulat dengan dua masalah, masing-masing muncul
karena banyaknya jumlah uang yang beredar yang diciptakan oleh sistem perbankan
bercadang-sebagaian.
Masalah
pertama adalah bahwa bank sentral tidak mengendalikan jumlah uang yang dipegang oleh rumah tangga
dalam bentuk simpanan di bank-bank. Semakin banyak rumah tangga yang menabung
di bank, semakin banyak cadangan yang dimiliki oleh bank, dan semakin banyak
uang yang dapat diciptakan oleh sistem
perbankan. Sebaliknya semakin sedikit rumah tangga yang menabung di bank,
semakin sedikit cadangan yang dimiliki oleh bank, dan semakin sedikit uang yang
diciptakan oleh sistem perbankan. Untuk mengetahui mengapa hal ini menjadi
masalah, misalkan satu hari orang-orang mulai hilang kepercayaanya terhadap
sistem perbankan sehingga untuk memutuskan untuk menarik seluruh tabungannya
dan memegang lebih banyak uang kartal. Ketika hal ini terjadi, sistem perbankan
kehilangan cadangan dan menciptakan lebih sedikit uang. Jumlah uang yang
beredar turun, bahkan tanpa tindakan bank sentral.
Masalah
kedua adalah bahwa bank sentral tidak mengendalikan jumlah yang dipinjamkan
oleh para bankir. Ketika uang ditabungkan di bank, uang itu menciptakan lebih
banyak uang jika bank itu meminjamkannnya. Karena bank dapat memilih untuk
memegang kelebihan cadangan, bank sentral tidak terlalu yakin berapa uang
diciptakan oleh sistem perbankan.sebagi contoh, bayangkan bahwa suatu hari para
bankir lebih berhati-hati terhadap kondisi perekonomian dan memutuskan untuk
memberikan pinjaman lebih sedikit dan memegang cadangan lebih besar. Dalam hal
ini, sistem perbankan lebih sedikit menciptakan uang dibandingkan dengan yang
seharusnya. Karena keputusan para bankir, jumlah uang yang beredar akan
menurun.
Oleh
karena itu, dalam sistem perbankan bercadang-sebagian, jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian bergantung pada perilaku nasabah dan bankir. Karena bank
sentral tidak dapat mengendalikan atau secara tepat memprediksi perilaku ini,
bank sentral tidak dapat secara tepat mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Namun, jika bank sentral waspada, masalah-masalah ini tidak akan menjadi
masalah yang besar. Bank sentral mengumpulkan data pada dana tabungan dan
cadangan dari bank-bank secara berkala sehingga semakin cepat bank sentral
menyadari perubahan-perubahan perilaku para nasabah dan bankir. Oleh karena
itu, bank sentral merespons perubahan-perubahan yang terjadi ini dan menjaga
agar jumlah uang yang beredar ada tingkat yang diinginkan.
PERTUMBUHAN UANG DAN
INFLASI
Teori Kuantitas Uang
(Quantity Theory of Money)
Nilai
uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar
ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand)
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam
perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan
transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin
tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta.
Gambar
di atas menggambarkan hubungan antara supply dan demand terhadap uang. Sumbu
horizontal menggambarkan jumlah uang beredar, sumbu vertikal kiri menggambarkan
nilai uang, 1/P, dan sumbu vertikal kanan menggambarkan tingkat harga, P.
Sumbu-sumbu vertikal menggambarkan bahwa saat nilai uang tinggi, maka tingkat
harga akan rendah, dan sebaliknya pada tingkat harga yang tinggi maka nilai
uang akan rendah. Kedua kurva menggambarkan supply dan demand terhadap uang.
Kurva supply berbentuk vertikal karena jumlah uang beredar ditetapkan oleh Bank
Sentral. Kurva demand memiliki slope negatif, mengindikasikan bahwa saat nilai
uang rendah dan tingkat harga tinggi, maka permintaan terhadap uang akan
tinggi. Pada titik equilibrium, A, jumlah uang yang diedarkan dan jumlah uang
yang diminta masyarakat berada dalam keseimbangan. Ekuilibrium antara supply
dan demand terhadap uang menentukan nilai uang dan tingkat harga barang dan
jasa. Jika Bank Sentral mengubah jumlah uang yang beredar, misalnya dengan
mencetak lebih banyak uang, ekuilibrium supply dan demand terhadap uang akan
berubah seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Bertambahnya
jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik
equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼,
dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya
jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai
uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi
moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum
injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat
harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat.
Saat
jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki
lebih banyak uang dari yang mereka minta. Meningkatnya jumlah uang menyebabkan
naiknya permintaan terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang
diminta tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka akan
terjadi peningkatan harga. Peningkatan harga kemudian mendorong naiknya jumlah
uang yang diminta masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian akan mencapai
equilibrium baru, yaitutitik B, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang
dengan jumlah uang yang diedarkan. Penjelasan yang menggambarkan bagaimana
tingkat harga ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang
beredar disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money)
Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang
beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan
jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi. Secara umum, teori kuantitas uang
menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian, dikaitkan dengan
variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang beredar, output, dan
harga dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut:
M
x V = P x Y
Dimana
P adalah tingkat harga (GDP deflator), Y adalah jumlah output (real GDP), M
adalah jumlah uang beredar, PxY adalah nominal GDP, dan V adalah velocity of
money (perputaran uang). Persamaan ini disebut sebagai persamaan kuantitas
(quantity equation).
Velocity of money
(perputaran uang)
Mengukur
tingkat dimana uang bersirkulasi dalam perekonomian (Mankiw, 2003). Atau dapat
dikatakan mengukur kecepatan perpindahan uang dari satu orang ke orang lainnya.
Velocity of money dapat dihitung melalui pembagian antara GDP nominal dengan
jumlah uang beredar. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut:
V
= ( P x Y ) / M
Persamaan
di atas dapat dianggap sebagai suatu definisi yang menunjukkan perputaran V
sebagai rasio GDP nominal, PY, terhadap kuantitas uang M. Persamaan tersebut
merupakan suatu identitas. Jika satu atau lebih variabel itu berubah, maka satu
atau lebih variabel lainnya juga harus berubah untuk menjaga kesamaan.
Misalnya, jika jumlah uang beredar meningkat, maka akibatnya dapat dilihat dari
ketiga variabel lainnya: harga harus naik, kuantitas output harus naik, atau
kecepatan perputaran uang harus turun.
Dari
berbagai kasus, dapat dilihat bahwa perputaran uang relatif stabil. Gambar
berikut menunjukkan hubungan antara GDP nominal, jumlah uang beredar (M2) dan
velocity of money di Amerika Serikat sejak tahun 1960.
Dalam
gambar dapat dilihat bahwa dalam periode 1960 – 2000, walaupun velocity of
money tidak konstan, namun tidak berubah banyak. Karenanya, velocity of money
sering diasumsikan sebagai konstan. Sebaliknya, jumlah uang beredar dan GDP
nominal meningkat lebih dari sepuluh kali lipat. Jika diasumsikan bahwa V adalah konstan, maka
persamaan kuantitas dapat dilihat sebagai teori yang menentukan GDP nominal. perubahan dalam kuantitas uang (M) harus
menyebabkan perubahan yang proporsional dalam GDP nominal (PY). Yaitu, jika
perputaran adalah tetap, maka kuantitas uang menentukan nilai dari output
perekonomian. Secara teoretis, hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat
harga ekuilibrium yang digambarkan dalam quantity theory of money dapat
dijelaskan sebagai berikut (Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3: 348;
Mankiw (2003): 82):
1. Velocity
of money relatif stabil dalam jangka panjang.
2. Karena
velocity relatif stabil, saat Bank Sentral mengubah jumlah uang beredar (M),
terjadi perubahan proporsional dalam nilai output nominal (PY).
3. Besarnya
output barang dan jasa (Y) ditentukan oleh supply faktor produksi dan teknologi
produksi. Secara khusus, karena uang adalah netral, uang tidak memengaruhi
besaran output.
4. Dengan
output (Y) ditentukan oleh supply faktor dan teknologi, saat Bank Sentral
mengubah jumlah uang beredar (M) dan menyebabkan perubahan proporsional
terhadap nilai output nominal (PY), perubahan tersebut akan tercermin dalam
tingkat harga (P). Jadi, teori ini menunjukkan bahwa tingkat harga adalah
proporsional terhadap jumlah uang beredar.
5. Karena
tingkat inflasi ditunjukkan oleh perubahan persentase dalam tingkat harga, maka
meningkatnya jumlah uang beredar akan menyebabkan inflasi.
Persamaan
kuantitas dapat ditulis dalam bentuk perubahan persentase, sebagai berikut:
Perubahan
% M + Perubahan % V = Perubahan % P + Perubahan % Y
Persamaan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, perubahan persentase dalam
kuantitas uang M berada di bawah pengawasan Bank Sentral. Kedua, perubahan
persentase dalam perputaran uang V mencerminkan pergeseran dalam permintaan
uang; diasumsikan bahwa perputaran adalah konstan sehingga perubahan persentase
dalam perputaran V adalah nol. Ketiga, perubahan persentase dalam tingkat harga
P adalah tingkat inflasi. Keempat, perubahan persentase dalam output Y
bergantung pada pertumbuhan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi yang
dapat dianggap sebagai baku (given). Analisis ini menyatakan bahwa pertumbuhan
jumlah uang beredar menentukan tingkat inflasi.
II. Hubungan Jumlah
Uang Beredar dan Inflasi di Indonesia
Friedman
dan Schwartz menulis dua makalah yang mendokumentasi sumber dan pengaruh
perubahan dalam kuantitas uang selama periode 1867 – 1960 dan 1867 – 1975 di
Amerika Serikat. Secara empiris, Friedman dan Schwartz berhasil memverifikasi
hubungan antara inflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar. Hasil penelitian
Friedman dan Schwartz menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dekade-dekade dengan
pertumbuhan uang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi, dan
dekade-dekade dengan pertumbuhan uang rendah cenderung memiliki inflasi yang
rendah. Hasil yang sama diperoleh dari perbandingan tingkat rata-rata inflasi
dan tingkat rata-rata pertumbuhan uang di lebih dari 100 negara selama tahun
1990-an. Dalam kajian tersebut, terdapat hubungan yang jelas antara pertumbuhan
uang dan inflasi. Negara-negara dengan pertumbuhan uang tinggi cenderung
memiliki inflasi yang tinggi, sementara negara-negara dengan pertumbuhan uang
rendah cenderung memiliki inlfasi yang rendah.
Namun
demikian, menurut Mankiw (2003), keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang
beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja
paling baik dalam jangka panjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian,
hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi dalam data bulanan tidak akan
seerat hubungan keduanya jika dilihat selama periode 10-tahun. Paper ini akan
mencoba menganalisis hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar di Indonesia.
Data yang digunakan adalah data tahun 1988 – 2006 yang bersumber dari Asian
Development Bank, sebagai berikut:
Data
jumlah uang beredar yang digunakan adalah M2, yaitu jumlah total M1 (uang
kartal dan uang giral) dan uang kuasi (deposito berjangka dan tabungan, dalam
rupiah dan valuta asing serta giro valuta asing milik penduduk) dalam trilyun
rupiah. Data inflasi merupakan data inflasi menurut tahun kalender. Sedangkan
data nominal PDB adalah PDB atas dasar harga berlaku dalam trilyun rupiah. Jumlah
perputaran uang dihitung melalui pembagian antara GDP nominal dengan jumlah
uang beredar. Dari hasil perhitungan, rata-rata jumlah perputaran uang yang
terjadi pada periode 1988 – 2006 adalah sebesar 2,23 kali per tahun. Dapat
diartikan, bahwa selama periode tersebut, terjadi perpindahan uang rata-rata
hanya sebesar 2,23 kali per tahun masuk ke dalam pendapatan individu di
Indonesia. Jika jumlah perputaran hanya memerhitungkan M1 (uang kartal dan uang
giral), rata-rata jumlah perputaran yang terjadi pada periode 1988 – 2006
adalah sebesar 9,09 kali per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin liquid
suatu aset (dalam hal ini uang) semakin besar jumlah perputaran yang terjadi.
Kolom terakhir pada tabel berikut menunjukkan besaran k yang menunjukkan bagian
pendapatan nominal yang dipegang seseorang sebagai uang tunai.
Rata-rata
bagian pendapatan yang dipegang seseorang di Indonesia pada periode 1988 – 2006
adalah sebesar 46,36%. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa, seperti
dalam teori, terdapat hubungan kebalikan antara jumlah perputaran (V) dan
besaran k. Jumlah perputaran terkecil terjadi pada tahun 1998, yaitu pada saat
terjadinya krisis moneter di Indonesia. Pada tahun 1998, perputaran uang hanya
terjadi sebesar 1,66 kali per tahun, sementara bagian pendapatan yang dipegang
sebagai uang tunai sebesar 60,41%. Ketidakpastian yang terjadi dalam
perekonomian Indonesia pada periode krisis (1997 – 1999) menyebabkan orang
lebih memilih untuk menyimpan uang dalam bentuk tunai di rumah dibandingkan menyimpan
di Bank atau berinvestasi.
Seiring
dengan membaiknya kondisi perekonomian setelah krisis, jumlah uang yang
dipegang dalam bentuk tunai semakin berkurang, dan jumlah perputaran
uangsemakin meningkat walaupun tidak sesering pada masa sebelum krisis.
Dari hasil perhitungan dan dapat dilihat pada grafik berikut, selama periode 1988 – 2006 jumlah perputaran uang relatif stabil. Sebaliknya, GDP nominal meningkat 21 kali lipat dan uang beredar meningkat hampir 32 kali lipat.
Seperti
ditunjukkan dalam grafik, pertambahan jumlah uang beredar (M2) di Indonesia
hampir secepat pertambahan GDP nominal. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa
selama periode 1988 – 2006, perubahan jumlah uang beredar di Indonesia
menyebabkan perubahan yang proporsional terhadap GDP nominal. Hal ini sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa, jika perputaran uang adalah tetap, maka
kuantitas uang menentukan nilai dari output perekonomian. Dengan kata lain,
perubahan output nominal yang dicerminkan dalam tingkat harga cukup banyak dipengaruhi
oleh jumlah uang beredar. Lebih jauh dapat diartikan bahwa perubahan tingkat
inflasi di Indonesia sebagai akibat perubahan harga dalam periode tersebut
cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Untuk membuktikan hal
tersebut, dilakukan regresi sederhana. Yang menjadi variabel dependen adalah
tingkat inflasi (%), sedangkan variabel independennya adalah pertumbuhan jumlah
uang beredar (%). Hipotesis
yang menjadi dasar regresi adalah bahwa terdapat hubungan yang positif antara
inflasi dengan pertumbuhan jumlah uang beredar.
Model regresi sederhana yang dipakai adalah:
Inflasi
= β0 + β1.pertumbuhan jumlah uang beredar
Dari
hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Inflasi
= - 5,407 + 0,78 (M2growth)
Atau
dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan pertumbuhan jumlah uang beredar sebesar
1% akan menyebabkan inflasi sebesar 0,78% (ceteris paribus). Uji statistik yang
digunakan untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah:
1.
Uji t untuk melihat pengaruh
variabel independen,
yaitu
pertumbuhan jumlah uang beredar, terhadap variabel dependen tingkat inflasi.
Hipotesis yang digunakan: Ho : β1 < 0 Ha : β1 > 0, Jika t-hitung <
t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen tidak
memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima artinya variabel independen memengaruhi variabel dependen secara
signifikan. Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil t-hitung untuk β1 sebesar
3,776 sementara t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah sebesar 1,753,
dengan kata lain t-hitung > t-tabel. Artinya, variabel independen
(pertumbuhan jumlah uang beredar) memengaruhi variabel dependen (tingkat
inflasi) secara signifikan.
2.
Koefisien determinasi (R2).
R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang
dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam
menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Suatu R2
sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti
tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dari
hasil perhitungan diperoleh R2 sebesar 0,456. Artinya, variabel pertumbuhan
jumlah uang beredar menjelaskan terjadinya perubahan tingkat inflasi sebesar
45,6%. Sementara sisanya, yaitu 54,4%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model ini.
Secara
grafis, hubungan antara tingkat inflasi dengan pertumbuhan uang beredar
digambarkan dalam grafik-grafik di bawah ini. Dalam grafik titik sebar
pertumbuhan uang dan inflasi ini, setiap titik menunjukkan satu tahun. Sumbu
horisontal menunjukkan pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) dalam persen, dan
sumbu vertikal menunjukkan tingkat inflasi rata-rata. Dari kedua grafik, dapat
dilihat bahwa secara umum terdapat korelasi positif antara tingkat inflasi
dengan pertumbuhan jumlah uang beredar. Korelasi ini membuktikan prediksi teori
kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi.
STUDI
KASUS
KEKACAUAN
BANK DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR
Walaupun
anda tidak pernah menyaksikan sebuah bank mengalami kekacauan. Anda mungkin
pernah melihatnya dalam film seperti Mary poppins atau It’s a Wonderful
Life. Kekacauan bank terjadi ketika para
nasabah mencurigai bahwa bank mungkin akan bangkrut sehingga “lari” ke bank untuk mengambil
tabungan mereka.
Kekacauan
bank merupakan masalah bagi bank yang menggunakan system perbankan
bercadangan-sebagaian. Karena bank hanya menyimpan bagian dari tabungan dalam
cadangan, hal itu tidak dapat memenuhi permintaan penarikan dari semua nasabah,
bahkan jika bank pada kenyataanya mampu (artina bahwa asset melampui
kewajibannya), bank tidak akan mempunyai uang tunai yang cukup untuk diberikan
kepada seluruh nasabah dengan akses yang sangat cepat. Ketika kekacauan
terjadi, bank dipaksa untuk menutup pintunya sampai seluruh pinjaman dibayar
atau sampai beberapa pinjaman terakhir (seperti bank sentral) memberikan bank
itu cukup uang untuk memenuhi permintaan para nasabah.
Kekacauan bank menyulitkan
pengendalian jumlah yang beredar. Contoh penting dari masalah ini muncul dari
masalah ini muncul di Amerika Serikat pada Great Dpression pada awal
1930-an.setelah gelombang kekacauan ban dan penutupan bank, para nasabah dan
bankir menjadi lebih waspada. Para nasabah menarik uang tabungan mereka dari
bank, dan lebih memegang uang mereka dalam bentuk tunai. Keputusan ini
membalikkan proses penciptaan uang, para bankir merespon pada penurunan rasio
cadangan cadangan dan mengurangi pinjaman. Pada saat yang sama, para bankir
meningkatkan rasio cadangan mereka sehingga mereka akan memiliki uang tunai
yang cukup untuk memenuhi para nasabah jika terjadi kembali uang kekacauan bank
pada masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio cadangan penggadaan uang akan
semakin rendah, yang akan mengurangi jumlah uang yang beredar. Dari tahun 1929
sampai dengan 1933 jumlah uang yang beredar di Amerika turun hingga 28 % bahkan
tanpa adanya tindakan penurunan jumlah uang yang beredar dari The Fed. Banyak
pakar ekonomi menunjukkan penurunan jumlah uang yang beredar yang besar ini
untuk menjelaskan tingginya pengangguran dan turunnya harga yang bertahan
selama periode ini.
DAFTAR
RUJUKAN
MANKIW, N, GREGORY;QUAH,
EUSTON;WILSON,PETER.2014.Pengantar
Ekonomi
Makro.Jakarta:Salemba Empat
Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi: Teori Pengantar:Jakarta Rajawali Pers
http://www.slideshare.net/ajengfaiza/makalah-pertumbuhan-uang-dan-inflasi
diakses pada tanggal 12 Maret 2015
0 comments: