Sahabat yang Shalih dan Shalihah...
Cinta merupakan sebuah kata yang tidak mungkin bisa
kita hilangkan dalam kehidupan ini. Hidup tanpa cinta bagaikan bepergian tanpa
ada tujuan. Hidup tanpa cinta bagaikan dunia tanpa manusia.
Sobat muda...
Saat ini kita sering disuguhi adegan percintaan dari
film layar lebar maupun FTV. Dari kesemua acara itu seolah membawa ending dan
pesan yang sama. Bahwa cinta itu wajib diperjuangkan tanpa batas. Apapun
konsekwensinya. Dari semua kisah cinta menggambarkan bahwa cinta itu bisa
tumbuh kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja.
Seolah cinta memiliki ruang tersendiri yang tak
berlogika. Dari semua tayangan yang ada akan menampilkan proses percintaan yang
tidak wajar. Cinta seorang majikan kepada pembantunya atau cinta seorang
mahasiswa kepada dosennya. Sehingga seolah-olah sah saja bila ada orang yang
melakukan suatu usaha atau kegiatan yang tidak pantas demi menggapai cintanya.
Sobat muda...
Bagaimana sih Islam memandang proses tumbuhnya cinta
ini? Kepada lawan jenis yang gimana sih kita layak mendambakan cintanya?
Sebenarnya cinta mati itu ada apa enggak sih? Ini sebagian pertanyaan yang
harusnya menari dalam fikiran dan hati kita di kala mulai muncul rasa berbeda
dalam raga saat bertemu lawan jenis.
Sebenarnya Islam memandang proses saling mencintai
merupakan suatu yang fitrah dengan ketetapan syarat yang jelas. Yaitu bila yang
dicintai lawan jenis, bukan makhrom, dihalalkan dengan ijab kabul dan belum
menikah (bagi perempuan) serta mendapatkan izin dari walinya bagi muslimah.
Maka sah-sah saja bila terjadi percintaan antara tuan dengan pembantu maupun
antara mahasiswa dengan dosennya.
Namun yang perlu sobat muda perhatikan adalah apakah
yang melandasi tumbuhnya rasa sayang dan cinta itu. Rosululloh telah
mengabarkan kepada kita atas ciri orang yang telah memiliki rasa manisnya iman
dalam mencintai.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا
لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ
فِي النَّارِ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya
iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya.
Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan
dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka
(H.R. Bukhori)
Yang mendasari rasa cinta ini harus lah ukuran Alloh
dan Rosulnya. Berarti yang menjadikan hati seseorang berdesir dikala melihat
maupun mendengar suaranya yaitu kebaikan dengan nilai ukuran yang ditetapkan
secara syar'i. Umpama seseorang tumbuh cinta karena mengetahui atas indahnya
akhlaq atau tumbuhnya cinta karena mengetahui indahnyasuara orang dikala
membacaan AlQur'an.
Maka bila tumbuhnya cinta berdasarkan desiran hati
yang tidak terukur dengan syari'at, sesungguhnya desiran dalam jiwa atau
gejolak hati yang muncul sebenarnya perwujudan dari panah setan. Umpama dikala
tumbuhnya cinta hanya didasarkan pada tatapan pandangan pertama atau
terkesannya saat pertama kali bertemu dikala tak sengaja bertabrakan
sesungguhnya rasa yang muncul disaat itu adalah awal dari panah setan yang
mulai masuk ke relung hati.
Sobat muda...
Walaupun cinta ini urusan hati, namun Islam
memandang cinta tetap menggunakan ukuran logika dan ilmu. Tapi perlu diingat...
Ukuran cinta ini bukanlah disandarkan pada indahnya paras, bidangnya dada atau
banyaknya harta. Namun ukuran cinta ini haruslah dengan ukuran yang dibenarkan
dalam syari'at. Maka dikala ada sobat muda mendengar ada orang yang cinta mati,
sesungguhnya itu bukan menunjukkan kesungguhan cinta. Namun itu justru
menunjukkan egois dan bodohnya orang yang mengatakan cinta. Kenapa egois?
Iya... Orang yang mengatakan cinta mati itu pastilah sangat sulit untuk menilai
dengan akal sehat. Dan sulit juga mendapatkan nasihat orang lain. Sehingga dia
tidak akan mempedulikan orang lain. Kenapa bodoh? Ya ini semakin jelas karena
orang yang mengatakan cinta mati tidak akan menggunakan akal sehat.
Tapi anehnya orang yang cinta mati tidak akan mau
disamakan dengan orang gila. Tapi sesungguhnya dirinya mengakui kalau sedang
tergila-gila. Aneh kan... Nggak gila tapi tergila-gila. Dalam arti, orang ini
tidak gila namun memiliki sebagian dari sifatnya orang gila. Astaghfirullah...
Sadarilah wahai sobat muda...
Sebaik-baik pertimbangan yang menjadikan menjalar ya
gejolak cinta hanyalah kesholihahannya dan ketaatan. Karena dengan dua karakter
ini yang akan menjaga manusia dari segala kemungkinan buruk dan dengan dua
karakter ini yang menjadikan rasa cinta tidak akan lapuk bahkan akan semakin
berbunga dengan menyebarkan bau keharmonisan.
Namun bila cinta didasarkan pada indahnya paras,
berarti dikala umur menginjak empat puluh, cinta mulai kendor.
Dan bila cinta didasarkan pada banyaknya harta, maka
siaplah engkau disusahkan dengan cintamu, bukannya dengan cinta dirimu akan
terjaga. [ukhwatuna/voa-islam.com]
0 comments: