Ada satu kisah sejati
yang beredar ketika zaman saya SMA dulu. Sepasang kekasih yang sangat ideal,
harmonis, romantis, cocok dan menyandang gelar ‘couple of the year’ deh.
Mendadak, mereka putus. Bukan karena ada pihak ketika alias perselingkuhan tapi
mereka ternyata menemukan ‘cinta’ lain. Ya...cinta yang akhirnya membuat mereka
berdua memutuskan untuk putus. Cinta yang mereka jalin ternyata berbalur nafsu
dan maksiat sehingga tak pantas bila bernama cinta. Karena hakikatnya cinta
itu, putih, murni dan sejati.
Pada kisah yang lain
lagi, ada seorang aktivis yang sangat suka berorganisasi.
Di luar kegiatan
sekolah yang wajib, ia pasti rapat ini-itu dan super sibuk. Ketika ‘cinta’ itu
menyapanya, ia pun lebih selektif. Bahkan di satu titik, dia mengorbankan
kegemarannya karena harus mendahulukan cinta yang ia ketahui harus didahulukan.
Ia pun beringsut, mengambil jarak untuk menata langkah agar jalan yang
dipilihnya sesuai dengan kemauan yang dicinta.
Lalu ada kisah lain
yaitu kecintaan yang besar terhadap ibu menjadi tersisih ketika ‘cinta’ yang
lain itu mulai menyapa. Contoh nyata nama tokoh ini adalah Sa’ad bin Abi
Waqqas. Ibunya marah dan mengancam tidak mau makan, minum dan berbicara pada
anaknya karena ia telah mendahulukan ‘cinta’ yang lain daripada pada ibunya
sendiri. Tapi tetap, meskipun ia tak hendak melepaskan ‘cinta’ yang begitu
tinggi dan indah, Sa’ad tetap berbuat baik pada ibunya.
Di zaman ini, ada
banyak contoh serupa kisah-kisah di atas. Cinta yang menyapa Cat Steven yang
akhirnya menjadi Yusuf Islam dan Kristiane Backer yang mantan VJ MTV Eropa. Di
dalam negeri era jadul (jaman dulu) ada Hari Mukti, Neno Warisman, Novia
Kolopaking yang memilih berhijrah demi ‘cinta’ dan meninggalkan gemerlap dunia
hiburan. Zaman kini ada Sakti mantan gitaris Sheila On7 dan yang terbaru adalah
Reza, drummer grup band NOAH yang sedang berada di puncak popularitas.
Ya...ketika ‘cinta’ itu
telah menyapa, hadirnya bisa mengalahkan segala. Semua yang awalnya begitu
indah dan nikmat dijalani menjadi tak ada artinya. Cinta ini begitu susah untuk
diabaikan karena efeknya tidak hanya sesaat tapi terus hingga nanti, di dunia
keabadian. Setiap kisah di atas melewatkan cinta semua duniawi atas nama
kekasih, popularitas, organisasi, orang tua, anak, uang, pekerjaan, apa saja
demi menjemput ‘cinta’ yang lain.
...Ya...ketika ‘cinta’
itu telah menyapa, hadirnya bisa mengalahkan segala...
Di saat manusia lainnya
mabuk oleh cinta semu duniawi, mereka ini sudah menjemput cinta ilahi. Mereka
tersentuh cinta murni yang tidak semua diberi kesempatan merasakannya. Hanya
orang-orang tertentu yang memenuhi panggilan dan sapaan cinta hakiki ini untuk
kemudian mengikutinya hingga rela meninggalkan apa-apa yang disukainya. Cinta
ini memberi kekuatan dahsyat untuk menggerakkan seseorang pada kondisi yang
sangat berbeda.
Cinta pada Allah, inilah
yang sedang dialami oleh tokoh-tokoh di atas. Cinta ilahi ini yang
menginspirasi mereka untuk berani mengambil sikap dan keputusan meskipun
sekilas terlihat ekstrim. Meninggalkan dunia gemerlap yang diimpikan oleh
banyak anak muda di luar sana. Meninggalkan kekasih, orang tua, karier dan
segala popularitas demi mengharap cinta dariNya saja. Tentu, ketika sapaan
cintaNya disambut dengan sedemikan patuh, maka Allah Sang Mahacinta tentu tak
akan menyia-nyikan apa yang telah mereka korbankan.
Allah akan memberikan
sesuatu yang jauh lebih indah pastinya yang ada kalanya itu tak tertakar dengan
uang. Yang bersangkutan sendirilah yang mampu merasakan getaran cinta itu
sehingga dia enggan berpaling. Dia tak akan mau kembali ke kehidupannya yang
jauh dari nur cinta Ilahi. Sehingga keputusannya untuk mundur adalah hal
terbaik untuk dirinya, keluarganya, teman-temannya, dan semuanya. Wallahu alam.
0 comments: